Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Usir Armada Taiwan

Kompas.com - 26/09/2012, 04:40 WIB

TOKYO, SELASA - Ketegangan memuncak di kawasan kepulauan sengketa di Laut China Timur setelah kapal patroli Penjaga Pantai Jepang menembakkan meriam air untuk menghalau armada perahu nelayan Taiwan, Selasa (25/9). Kapal patroli Penjaga Pantai Taiwan, yang mengawal armada perahu nelayan itu, membalas tembakan Jepang.

Insiden itu menandai makin rumitnya situasi di kawasan kepulauan tak berpenghuni yang diperebutkan Jepang, China, dan Taiwan itu.

Sekitar 60 perahu nelayan yang dikawal 12 kapal patroli Penjaga Pantai Taiwan tiba di kawasan kepulauan, yang disebut Diaoyu oleh China atau Senkaku oleh Jepang itu, Selasa pagi. Mereka bertolak dari pelabuhan Suao di Taiwan timur, Senin.

Juru bicara Penjaga Pantai Taiwan menyatakan, beberapa perahu sempat masuk hingga jarak kurang dari tiga mil laut (5,6 kilometer) dari garis pantai pulau-pulau di kepulauan tersebut. Batas perairan teritorial adalah 12 mil laut dari pantai.

Kapal-kapal patroli Jepang menembakkan meriam air ke arah kapal-kapal nelayan Taiwan itu setelah mereka mengabaikan peringatan agar segera pergi dari wilayah perairan tersebut. Pejabat Penjaga Pantai Jepang, Hideaki Takase, menegaskan, pihaknya hanya menembak ke arah perahu nelayan, bukan ke arah kapal patroli Taiwan.

”Menembakkan meriam air ke kapal resmi suatu negara bisa diartikan menyatakan perang terhadap negara itu,” ujarnya.

Namun, kapal-kapal patroli Taiwan membalas menembakkan meriam air mereka ke arah kapal-kapal patroli Jepang. Pihak Penjaga Pantai Taiwan juga menyatakan, personel yang mereka kirim untuk melindungi armada nelayan itu adalah anggota pasukan elite bersenjata lengkap.

”Kami akan melakukan apa pun untuk melindungi nelayan kami. Kami tak menutup kemungkinan menggunakan kekuatan kami untuk membalas apabila pihak Jepang menggunakan kekuatan lebih dulu,” kata Ketua Badan Penjaga Pantai Taiwan Wang Ching Wang di hadapan parlemen Taiwan.

Jepang selama ini memiliki hubungan baik dengan Taiwan. Mereka sama-sama sekutu AS di kawasan Asia Timur. Namun, kedua pihak telah lama berselisih soal hak menangkap ikan di kawasan perairan sengketa itu.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Osamu Fujimura menyatakan telah menyampaikan protes resmi kepada Pemerintah Taiwan. Armada perahu nelayan dan kapal-kapal patroli Taiwan dilaporkan telah meninggalkan kawasan perairan itu.

Kapal induk pertama

Di tengah meningkatnya ketegangan terkait sengketa teritorial itu, China secara resmi mengoperasikan kapal induk pertamanya yang dinamakan Liaoning, Selasa. Kapal induk, yang belum dilengkapi pesawat- pesawat udara itu, resmi diserahkan ke Angkatan Laut China dalam sebuah upacara di pelabuhan Dalian, China utara.

Presiden China Hu Jintao dan Perdana Menteri Wen Jiabao menghadiri upacara tersebut. Wen mengatakan, pengoperasian kapal induk itu sangat signifikan dalam memajukan kekuatan pertahanan nasional China dan kekuatan komprehensif negara itu.

Pada hari yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri China Zhang Zhijun memperingatkan Jepang agar ”meninggalkan semua ilusi” dan memperbaiki semua kesalahan selama ini terkait konflik teritorial itu. Pernyataan itu disampaikan Zhang saat bertemu Wakil Menlu Jepang Chikao Kawai di Beijing.

Dampak ketegangan ini juga terus meluas. Maskapai penerbangan Japan Air Lines memotong jumlah penerbangannya ke Beijing dan Shanghai pada 10-27 Oktober mendatang. Pemotongan itu dilakukan karena terjadi pembatalan besar-besaran reservasi tiket oleh warga China.

(AFP/Reuters/AP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com