Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Jaminan KTT ASEAN Lancar-Lancar Saja

Kompas.com - 17/09/2012, 21:15 WIB
Wisnu Dewabrata

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa mengakui tidak ada jaminan apakah persoalan serius akan kembali muncul saat para kepala negara ASEAN bertemu di Konferensi Tingkat Tinggi (ASEAN Summit) November mendatang.

Dia juga mengakui, posisi beberapa negara seperti Vietnam dan Filipina terkait sengketa di Laut China Selatan masih sama seperti ketika insiden terjadi dalam pertemuan terakhir antarmenteri luar negeri ASEAN (AMM) Juli lalu.

Saat pertemuan di Phnom Penh, Kamboja, tersebut, AMM gagal mencapai kesepakatan dalam merumuskan komunike bersama. Insiden itu diakui pertama kali terjadi sejak 45 tahun ASEAN berdiri dan memicu kekhawatiran banyak kalangan terkait kesatuan ASEAN (unity).

Kegagalan terjadi lantaran kebuntuan di antara sejumlah negara anggota ASEAN, dalam hal ini tuan rumah Kamboja dengan Filipina dan Vietnam, saat menyikapi perlu tidaknya draf komunike bersama memasukkan insiden yang terjadi di Beting Scarborough, antara China dan Filipina.

"Memang tidak bisa saya meminta semacam jaminan awal (prior guarantee). Kita akan coba langsung bekerja saja. Minggu depan ada pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa di New York. Kami para menlu ASEAN akan mencoba memanfaatkan momen itu," ujar Marty.

Pernyataan itu disampaikan Marty, Senin (17/9/2012), saat menerima kunjungan para wartawan sejumlah negara anggota ASEAN, yang tengah mengikuti program pelatihan tentang Reporting on Regional Integration in South East Asia, yang digelar International Institute for Journalism. Para menlu ASEAN, tambah Marty, akan mencoba merumuskan kesepakatan dan kesamaan sikap terkait isu kode berperilaku (code of conduct) di Laut China Selatan untuk kemudian dibawa, dibahas lebih lanjut, dan disepakati bersama China yang juga berposisi sebagai negara pengklaim (claimant states).

Momen Sidang Majelis Umum PBB di New York, tambah Marty, memang biasa dimanfaatkan para menlu ASEAN untuk menggelar pertemuan sampingan (side meeting). Akan tetapi sesuai kebiasaan, selama ini momen itu sekadar dimanfaatkan sebagai pertemuan persiapan biasa menjelang ASEAN Summit.

"Nanti akan kita lihat apa pelajaran (lesson and learn) yang telah didapat oleh masing-masing pihak dari kejadian Juli kemarin," tambah Marty.

Lebih lanjut Marty menyatakan, dirinya kerap kali menyarankan sesama rekannya untuk bisa bekerja keras tidak hanya dari satu pertemuan ke pertemuan rutin lain untuk memecahkan persoalan. Langkah "bisnis seperti biasa" macam itu dinilainya tidak cukup lagi dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul.

"Akan lebih baik bekerja keras mencari kesepakatan bersama di antara pertemuan. Dengan begitu saat bertemu nanti diharapkan pertemuan bisa berlangsung nice and quiet dan tidak terlalu excited (seperti terjadi Juli lalu). Sampai KTT November nanti kita harus bekerja keras mencapai kesepakatan soal Laut China Selatan," ujar Marty.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com