Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Jepang Terancam

Kompas.com - 17/09/2012, 08:12 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Aksi protes anti-Jepang yang semula berpusat di Beijing meluas ke seluruh China, Minggu (16/9/2012), hari kedua aksi itu. Warga Jepang pun terancam. Di China selatan, polisi terpaksa menyemprotkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan massa anti-Jepang.

Pasukan keamanan memperketat penjagaan di sekitar kantor Kedutaan Besar Jepang di Beijing. Di beberapa kota, aksi protes itu bahkan diwarnai ancaman kekerasan yang membuat warga Jepang cemas.

Protes anti-Jepang itu pecah akibat sengketa wilayah kepulauan di Laut China Timur. Tokyo menyebut kepulauan itu Senkaku, sedangkan Beijing menamai Diaoyu. Sengketa teritorial memanas tidak lama setelah Tokyo mengumumkan membeli gugus pulau itu yang kemudian ditanggapi Beijing dengan mengirim kapal patroli ke sana.

Polisi paramiliter dan anti-huru-hara berbaris ketat di sekitar Kedubes Jepang di Beijing setelah polisi mengizinkan sekitar 100 pengunjuk rasa melintasi kedutaan. Massa pemrotes melemparkan berbagai benda, seperti botol air, pisang, tomat, dan telur, ke kedutaan. Mereka berteriak, ”Pulau yang disengketakan di Laut China Timur, kini dikendalikan Jepang, adalah milik China.”

Puluhan orang mengusung potret pemimpin revolusi China Mao Zedong yang sering dipakai sebagai spirit aksi. Polisi antihuru-hara bersiaga di jalan-jalan di sekitarnya. Lebih dari 20 kendaraan polisi disiagakan di belakang kantor kedutaan.

Aksi protes massa anti-Jepang juga merebak di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China selatan. Pasukan keamanan mengenakan helm dan perisai. Mereka menembakkan gas air mata ke kerumunan massa.

Beberapa pengunjuk rasa mengusung spanduk yang menyerukan harus ada sebuah ”pertumpahan darah” di Tokyo. Para pengunjuk rasa juga menghadang kendaraan polisi dan memecahkan kaca jendela. Tak ada yang terluka dalam aksi ini.

Di Guangzhou, sejumlah kecil pengunjuk rasa merangsek masuk ke sebuah hotel di samping Konsulat Jepang. Mereka menghancurkan jendela dan sebuah restoran Jepang. Televisi kabel Hongkong menyebutkan, lebih dari 1.000 pengunjuk rasa membakar bendera Jepang di ibu kota Provinsi Guangdong itu.

Di Shanghai, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di seberang gerbang utama Konsulat Jepang. Mereka berteriak dan melambaikan spanduk. Sekitar 50 polisi paramiliter berdiri mengawasi aksi itu. Polisi menutup sebagian ruas jalan. Massa pengunjuk rasa pun disekat menjadi kelompok-kelompok kecil untuk mengurangi risiko.

Terbesar

Menurut kantor berita Kyodo, skala aksi demonstrasi kali ini merupakan yang terbesar sejak dua negara ini memulihkan hubungan diplomatik pada 1972. Hal itulah yang membuat Jepang khawatir akan keselamatan warganya yang berada di China.

Perdana Menteri Yoshihiko Noda meminta Beijing menjamin keselamatan warga Jepang di China. Dia khawatir maraknya aksi demo anti-Jepang di sejumlah kota diikuti aksi perusakan aset atau properti Jepang di daratan China.

Hubungan China dan Jepang, kekuatan ekonomi kedua dan ketiga terbesar di dunia, sering tegang oleh sejarah persaingan. Padahal, keduanya memiliki hubungan bisnis yang signifikan. Kini, hubungan keduanya semakin tegang karena perebutan gugus pulau tak berpenghuni itu.

Ketegangan meningkat setelah China mengirim enam kapal survei ke perairan di sekitar kepulauan yang disengketakan, Jumat lalu. Beijing mengatakan, mereka ada di sana untuk ”penegakan hukum”. Tokyo memprotes ”serangan teritorial” itu dengan memanggil Duta Besar China. (AP/REUTERS/AFP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com