Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China-Jepang Beradu Retorika

Kompas.com - 13/09/2012, 02:15 WIB

Tokyo, Kompas - Pemerintah China terus bersuara keras terhadap Jepang dalam sengketa memperebutkan Kepulauan Senkaku atau Diaoyu, Rabu (12/9). Pada saat bersamaan, Pemerintah Jepang pun tidak memperlihatkan tanda-tanda untuk meredakan ketegangan.

Ketegangan memuncak setelah Jepang membeli empat pulau di Senkaku, Selasa, dari keluarga Kurihara, pemilik kepulauan tersebut sejak tahun 1972, seharga 2,05 miliar yen (sekitar Rp 252 miliar). Kepulauan itu masuk peta Jepang sejak tahun 1895 setelah China dianggap mengabaikan kepulauan tersebut.

Koichiro Ichimura, Direktur Komite Hubungan Luar Negeri Parlemen Jepang, kepada wartawan Kompas, Dahono Fitrianto, di kantornya mengatakan, secara pribadi dia meyakini seluruh Kepulauan Senkaku adalah milik Jepang. ”Jepang memiliki kontrol praktis dan efektif atas kepulauan tersebut,” katanya.

Dia setuju sepenuhnya dengan posisi Pemerintah Jepang selama ini atas kepulauan tersebut. Namun, ia mempertanyakan apakah harga itu sudah pantas. Pembelian pulau seharga lebih dari 2 miliar yen menjadi bahan perdebatan politisi Jepang.

”Dari sudut pandang real estat, itu terlalu mahal. Tetapi, jika melihat wilayah perairan yang masuk zona ekonomi eksklusif di sekitar kepulauan itu, harga itu tidak terlalu mahal,” paparnya.

Adapun China menanggapi pembelian itu dengan mengirim kapal patroli ke wilayah itu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei, menyalahkan Tokyo sebagai penyebab suramnya relasi China dan Jepang. ”China akan mengambil langkah yang perlu berdasarkan perkembangan, dan tegas melindungi integritas teritorial,” ujarnya.

Suara keras Beijing juga disampaikan Luo Zhaohui, Kepala Departemen Asia Kemlu China. Saat menerima Direktur Jenderal Asia Oseania Kemlu Jepang Shinsuke Sugiyama, Luo menegaskan, ”China tak akan menerima pendudukan ilegal Jepang atau kendali aktual atas Kepulauan Diaoyu.” Namun, keduanya mengaku terus berkomunikasi.

Luo Yuan, pakar politik internasional pada harian The Liberation Army Daily, mengatakan, pasukan China siap mempertahankan kedaulatan. Adapun televisi China menyiarkan latihan militer yang mencakup pendaratan pasukan amfibi.

Menolak

Menteri Luar Negeri Jepang Koichiro Gemba menolak permintaan China membatalkan pembelian kepulauan itu. ”Tak mungkin kami mempertimbangkan kembali transfer, akuisisi, dan hak kepemilikan tersebut,” ujar Gemba seperti dikutip kantor berita Kyodo.

Penjaga pantai Jepang mengatakan terus memantau perairan di sekitar kepulauan itu. Namun, mereka tidak melihat kapal patroli China. Mereka akan memperingatkan kapal asing untuk mengubah haluan jika terlihat memasuki perairan Jepang.

Memanasnya adu retorika kedua negara membuat Asisten Menlu Amerika Serikat Kurt Campbell memperingatkan bahwa taruhan sengketa ini terlalu besar dan bisa berdampak global. ”Ini adalah kokpit ekonomi global. Taruhannya sangat besar dan para pemimpin diharap berkepala dingin,” ujarnya, merujuk posisi China dan Jepang sebagai negara berkekuatan ekonomi terbesar kedua dan ketiga di dunia.

Di Hongkong, sekitar 15 pengunjuk rasa anti-Jepang bentrok dengan polisi saat berusaha menerobos kantor konsulat Jepang. Mereka meneriakkan protes dan membakar bendera Jepang. ”Kami sangat marah,” ujar Tsang Kin Shing, salah seorang pengunjuk rasa. (AFP/Reuters/WAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com