Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hassan Sheikh Mohamud Jadi Presiden Somalia

Kompas.com - 11/09/2012, 14:24 WIB

MOGADISHU, KOMPAS.com - Para anggota parlemen Somalia, Senin (10/9), memilih Hassan Sheikh Mohamud sebagai presiden baru negara tersebut setelah dosen yang berusia 56 tahun itu memperoleh suara mayoritas pada babak kedua pemilihan.

Pada babak kedua itu, ia bersaing dengan mantan Presiden Sharif Sheikh Ahmed. Hassan Sheikh Mohamud unggul dengan 190 suara atas Sharif, yang memperoleh 79 suara. Demikian hasil penghitungan yang dilaporkan wartawan AFP dari lokasi pemilihan.

Kedua calon itu bersaing ketat pada babak pertama pemungutan suara. Namun Hassan Sheikh Mohamud muncul sebagai pemenang pada putaran kedua dan terakhir. "Hassan Sheikh Mohamud adalah pemenang dalam pemilihan presiden hari ini," demikian diumumkan Ketua Parlemen Mohamed Osman Jawari.

Dua calon lain, mantan Perdana Menteri Abdiweli Mohamed Ali dan Abdikadir Osoble, mengundurkan diri setelah babak pertama pemungutan suara itu, yang merupakan tahap akhir dari sebuah proses yang didukung PBB untuk membentuk pemerintah baru di negara yang dilanda perang itu. Hassan Sheikh Mohamud adalah seorang calon yang kurang dikenal, yang berasal dari klan Hawiye, kelompok suku yang sama dengan Sharif. Menurut para analis, ia terlibat aktif dalam pekerjaan bersama sejumlah lembaga swadaya masyarakat di Somalia.

Presiden baru itu seorang aktivis politik dan sosial yang bekerja bersama beberapa organisasi pembangunan dan perdamaian nasional dan internasional. Dalam pemilihan presiden itu, anggota-anggota parlemen baru Somalia yang dipilih bulan lalu oleh sekelompok sesepuh suku memberikan suara mereka secara bergantian di sebuah ruangan di akademi kepolisian.

Seorang calon harus memperoleh dua-pertiga suara untuk menang dalam pemilihan itu, dan jika tidak, maka empat calon teratas akan bersaing dalam babak kedua, dan putaran ketiga akan diikuti oleh dua calon final.

Masing-masing calon harus membayar 10.000 dolar AS untuk mengambil bagian dalam pemilihan presiden itu. Pemilihan itu telah ditunda beberapa kali dan melewati batas waktu 20 Agustus, dan tekanan-tekanan internasional meningkat terhadap parlemen untuk segera memilih presiden baru.

Utusan khusus PBB untuk Somalia, Augustine Mahiga, Senin, mengatakan bahwa meski hambatan-hambatan masih ada, pemilihan presiden itu "menandai tonggak sejarah lain dalam proses politik di negara itu". Ia meminta anggota-anggota parlemen memilih "calon terbaik sebagai pemimpin negara mereka".

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre tahun 1991. Selain perompakan dan penculikan, kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com