Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liga Basket China Akan Terapkan Salary Cap

Kompas.com - 11/09/2012, 11:36 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Liga Basket Profesional China akan memperkenalkan pembatasan gaji atau salary cap seperti yang dilakukan Asosiasi Basket Nasional AS (NBA).

Keinginan ini dikemukakan setelah para pemain asing meminta kontrak dengan kenaikan harga yang menjulang tinggi.

"Kami tengah mendiskusikan bagaimana mewujudkannya. Belum ada batas waktu hingga kini," kata Direktur Departemen Kompetisi Asosiasi Basket China kepada harian China Daily.

Namun, sejumlah klub merasa pembatasan gaji pemain harus sesegera mungkin diberlakukan.

"Jika pembatasan gaji bisa diberlakukan musim ini, itu akan sangat bagus untuk keuangan klub," kata manajer klub juara Liga Basket China, Beijing Ducks, Yuan Chao.

"Tetapi kami tak bisa begitu saja meniru yang dilakukan NBA. Karena kami liga yang berbeda," tambah Chao.

Sayangnya, memberlakukan pembatasan gaji musim ini nampaknya agak sulit dilakukan karena kompetisi liga akan berputar dua bulan lagi.

Pada 2009, gaji pemain asing di Liga Basket China (CBA) ditetapkan maksimal 60.000 dollar AS atau sekitar Rp 575 juta per bulan.

Sedangkan gaji pemain lokal Cina ditetapkan paling tinggi 44.000 dollar AS atau tak kurang dari Rp 421 juta setiap bulannya.

Sayangnya, tidak ada cara atau aturan untuk menjaga agar batasan gaji itu bisa ditaati klub-klub peserta CBA.

Bahkan karena China tak memiliki pajak barang mewah seperti yang diberlakukan NBA, maka CBA tak bisa mencegah persaingan gaji.

Akibatnya klub-klub kaya seperti Xinjiang Flying Tigers dan Zhejiang Golden Bulls bisa mengeluarkan jutaan dollar Amerika untuk menggaji pemain-pemain NBA seperti Kenyon Martin dan JR Smith musim lalu.

Tetapi kedua klub ini akhirnya tetap tak mampu meraih keuntungan baik secara keuangan maupun di lapangan.

Tigers memberikan kontrak sebesar 2,7 juta dollar AS atau hampir Rp 26 miliar satu tahun untuk Kenyon Martin yang menjadi kontrak pemain termahal di China musim lalu.

Sayangnya Martin tak bisa memberi kontribusi maksimal dan bahkan meninggalkan klub itu di tengah musim dengan alasan tak bisa menyesuaikan diri dengan budaya China.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com