YANGON, KOMPAS.com - Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) HM Jusuf Kalla mengungkapkan, keterpanggilan PMI untuk hadir mengatasi konflik yang melibatkan etnik Rohingya dan Rakhine di Myanmar mempunyai makna ganda.
Selain mencerminkan komitmen Indonesia untuk mengatasi persoalan kemanusiaan, hal itu juga sekaligus menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tidak lupa diri atas bantuan-bantuan internasional yang mengalir ke Indonesia jika terjadi bencana selama ini.
"Paling tidak, kita tunjukkan pada dunia bahwa kita punya rasa terima kasih atas mengalirnya bantuan untuk penanganan bencana di Aceh tahun 2004 lalu. Waktu itu, puluhan negara dan organisasi dunia mengulurkan tangan untuk menangani bencana di Aceh hingga masa-masa rehabilitasi fisik. Nah, sekarang, begitu ada persoalan kemanusiaan, saatnya Indonesia hadir juga memberi bantuan," ujar Kalla dalam acara jamuan makan malam di Kedutaan Besar RI untuk Myanmar di Yangon, Jumat (7/9/2012) malam.
Pada kesempatan itu, hadir Duta Besar RI untuk Myanmar Sebastianus Sumarsono, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto, dan mantan Duta Besar RI untuk Rusia Hamid Awaluddin.
Endriartono dan Hamid tiba bersama Kalla di Yangon Jumat sore terkait rencana mereka berbagi pengalaman seputar tatacara mendamaikan konflik Aceh pasca tsunami tahun 2005-2006 lalu. Saat Gerakan Aceh Merdeka berdamai dengan Pemerintah RI kala itu, Endriartono merupakan Panglima TNI dan Hamid merupakan Menteri Hukum dan HAM sekaligus juru runding pemerintah RI pada perdamaian Helsinki.
Dijadwalkan, Sabtu (08/09/2012) pagi, Kalla, Endriartono, dan Hamid akan menjelaskan pentingnya peranan Indonesia dalam menangani konflik-konflik kemanusiaan di negara tetangga. Penjelasan itu akan dirangkaikan dengan perjanjian kerja sama antara PMI dengan Palang Merah Myanmar terkait penanganan konflik etnik di negara tersebut.
Perjanjian itu dibutuhkan sebagai payung hukum dalam menjalankan misi perdamaian, rekonsiliasi, dan rehabilitasi rumah bagi korban, tanpa mengintervensi pemerintah negara setempat. Penjelasan itu juga akan disimak oleh utusan dari organisasi kerja sama negara-negara islam (IOC).
Kalla sekali lagi menegaskan bahwa konflik antara etnik Rohingya dan Rakhine sama sekali bukan karena masalah agama.
Konflik itu murni karena masalah suku. Lalu apa pentingnya Indonesia ikut memadamkan api konflik mereka? Kalla memberikan analogi, bahwa peristiwa kebakaran yang melanda sebuah rumah pasti memberi efek bagi kawasan sekitarnya.
"Bila api tidak dipadamkan, bisa-bisa rumah kita ikut terkena dampaknya. Jadi, cepat-cepat harus ditangani dengan pendekatan kemanusiaan," ujar Kalla.
Saat bincang-bincang di penghujung acara jamuan makan, datang pula Duta ASEAN-US Eminent Person Group, Immanuel Robert Inkiriwang. Inkiriwang berada di Yangon untuk urusan ASEAN.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.