KOMPAS.com — Janji Pemerintah Suriah untuk membuka kembali masa sekolah pada Minggu (16/9/2012) di seluruh negeri itu malah berbuah kecemasan. Soalnya, para orangtua (ortu) justru masih bimbang soal keamanan plus keselamatan anak-anak mereka tatkala pergi hingga pulang sekolah. Maklumlah, Suriah masih membara oleh perang saudara.
"Saya tak mau ambil risiko. Mungkin tahun depan kalau situasi sudah memungkinkan, saya akan mengizinkan anak saya sekolah," kata Hani Salman, warga Damaskus.
Salman yang berprofesi sebagai dokter itu punya dua anak lelaki yang duduk di tingkat sekolah dasar. Yang satu berusia delapan tahun, satunya lagi enam tahun.
Namun, tulis Xinhua, kecemasan Salman sejatinya mewakili kecemasan banyak ortu di Suriah. Soalnya, infrastruktur sekolah di negara itu terbilang banyak yang porak-peranda. Tercatat ada 2.000 gedung sekolah rusak berat. Sementara itu, 350.000 warga Suriah kehilangan tempat tinggal. Mayoritas dari mereka kini tinggal sementara di 759 gedung sekolah.
Tak cuma itu, rencana Pemerintah Suriah pun mendapat kritik pedas. Salah satu penulis di laman propemerintah malah mempertanyakan mampukah Kementerian Pendidikan Suriah membuka masa sekolah secara serentak di tengah begitu rusaknya infrastruktur sekolah.