Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Melacak TKI yang Bekerja di Suriah

Kompas.com - 03/09/2012, 08:19 WIB

KOMPAS.com - Ketika Kompas berada di kota Antakya, Turki, pertengahan Agustus, dan kota Beirut, Lebanon, pekan lalu, beberapa kali terlihat warga kaya Suriah yang membawa pembantu berwajah Asia. Memang tidak jelas, apakah pembantu berwajah Asia itu adalah WNI, atau warga Filipina, atau Thailand.

Berita semakin derasnya eksodus pengungsi Suriah ke negara tetangga, khususnya Turki dan Jordania, memunculkan pertanyaan, di mana dan bagaimana nasib WNI di Suriah?

Diberitakan, ada sekitar 10.000 pengungsi Suriah yang terkatung-katung di sisi perbatasan Suriah untuk menunggu lampu hijau bisa masuk wilayah Turki. Pemerintah Turki beralasan sedang membangun kamp pengungsi baru untuk bisa menampung pengungsi Suriah lebih banyak lagi.

Tidak diketahui pasti berapa jumlah WNI di Suriah selama ini. Pasalnya, WNI yang sebagian besar adalah tenaga kerja Indonesia (TKI) itu datang ke Suriah melalui sindikasi pengiriman tenaga kerja tanpa melapor ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Damaskus. Ada yang menyebut jumlah ribuan, bahkan di atas 10.000 WNI di Suriah. Biasanya TKI baru melapor ke KBRI saat ada masalah dengan majikannnya.

Sampai saat ini, tidak ada kabar pemulangan WNI secara besar-besaran dari Suriah meski kekerasan di negeri itu makin berdarah dan membawa korban warga sipil dalam jumlah besar di hampir semua kota. Berbeda dengan revolusi Mesir tahun lalu saat pemerintah sempat mengirim beberapa pesawat untuk mengangkut lebih dari 2.000 WNI di Mesir pulang ke Tanah Air.

Menurut pejabat fungsi politik KBRI Damaskus, Iskandar Sukmadi, dalam perbincangan dengan Kompas di KBRI Beirut, Jumat (24/8/2012), pihaknya baru memiliki kontak dengan sekitar 3.000 WNI di Suriah.

Menurut dia, KBRI Damaskus telah menyebarkan nomor telepon hotline agar setiap WNI di mana pun di Suriah bisa menghubungi KBRI. ”Selain itu, jika kebetulan bertemu WNI di jalan, pasar, atau mal, WNI itu langsung diberi kartu nama KBRI agar bisa menghubungi,” kata Iskandar.

Ia mengungkapkan, alamat kontak sekitar 3.000 WNI di Suriah diperoleh melalui WNI yang melapor ke KBRI, atau mereka yang menghubungi KBRI melalui nomor hotline itu, atau ditanyakan langsung kepada WNI bersangkutan saat kebetulan bertemu di jalan.

Iskandar memperkirakan, mungkin banyak WNI di Suriah yang pulang sendiri dengan diantar majikannya ke bandar udara tanpa memberi tahu KBRI. Hal itu bisa saja terjadi karena sebagian besar TKI tersebut berada di bawah kontrol penuh majikan dan perusahaan pengiriman tenaga kerja.

Oleh sebab itu, menurut Iskandar, KBRI sulit mendata sudah berapa banyak WNI yang pulang ke Tanah Air atau jumlah mereka yang masih bertahan di Suriah.

Hal itu secara tidak langsung dibenarkan Duta Besar RI untuk Lebanon Dimas Samudra Rum.

Kabur dari majikan

Dalam perbincangan dengan Kompas, pekan lalu, Dimas mengungkapkan, sampai saat ini tidak ada WNI dari Suriah yang mengungsi langsung ke Lebanon. ”Baru ada tiga WNI dari Suriah yang datang ke Lebanon, tetapi mereka itu ikut majikannya. Kemudian mereka kabur dari majikannya,” ujarnya.

Seperti dimaklumi, sebagian besar WNI di Suriah dan negara Timur Tengah lainnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada warga kelas menengah dan atas di negara-negara itu. Warga kelas menengah dan atas di Suriah biasanya mendiami wilayah elite di Damaskus dan kota-kota besar lainnya.

Warga kelas menengah dan atas Suriah yang memutuskan mengungsi ke negara tetangga biasanya membawa mobil sendiri dan memilih menyewa rumah atau tinggal di hotel. Menurut seorang pengungsi warga Suriah di kota Antakya, Turki, yang mengaku bernama Mustafa (29), ada sekitar 2.000 keluarga Suriah yang menyewa rumah- rumah di kota Antakya.

Sebagian besar warga kelas menengah dan atas Suriah juga diperkirakan masih bertahan di Damaskus atau kota lain karena sebagian besar kekerasan terjadi di distrik kelas bawah di Damaskus, Aleppo, atau di wilayah pedesaan kota Damaskus dan Aleppo.

Oleh sebab itu, diduga pula banyak WNI masih bertahan bersama majikannya di distrik- distrik elite di Damaskus dan kota-kota lain yang relatif masih aman dari kekerasan. (MUSTHAFA ABD RAHMAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com