MALANG, KOMPAS
Menurut keterangan yang dihimpun, Minggu (2/9), upaya pelarian imigran yang umumnya berasal dari Afganistan itu berlangsung pada Sabtu. Sekitar pukul 05.00, saat mereka hendak berangkat, ternyata perahu bocor sehingga perahu diarahkan ke pantai dan terdampar di Sipelot.
Setelah perahu ke pantai, kata Kasatreskrim Polres Malang AKP Decky Hermansyah, nakhoda kabur bersama sebagian imigran. Polisi mendapat informasi dari nelayan yang menolong dan laporan warga setempat.
Kedua puluh satu imigran itu, seorang di antaranya wanita, kemudian diangkut ke Kantor Imigrasi Kelas I Kota Malang. Para imigran semula berangkat dari Bogor dan sempat hendak berlayar dari Pantai Tulungagung, tetapi kemudian memindahkan keberangkatan dari pantai selatan Malang. Para imigran tampak tertib dan bekerja sama dengan petugas polisi dan imigrasi saat pendataan.
Pantai selatan Malang dan sejumlah pantai lain di Trenggalek dan Tulungagung beberapa kali menjadi lokasi percobaan pemberangkatan imigran gelap.
Di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, imigran gelap asal Sri Lanka juga terdampar di wilayah itu. Mereka menolak turun dari atas kapal. Komandan Kodim Mentawai Letkol (Kav) Josafath M Roberth Duka, Minggu, mengatakan, para imigran yang menolak turun merupakan penumpang yang diangkut dengan kapal kedua.
Seperti diwartakan sebelumnya, kapal kedua itu ditarik ke pelabuhan di Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sabtu. Kapal kedua berisi 53 orang, menyusul 43 imigran gelap lain dalam kapal pertama yang sudah didaratkan di tempat sama pada Kamis.
Kedua kapal diketahui berasal dari Sri Lanka dengan tujuan Australia. Penumpang dalam kapal-kapal itu diselamatkan dari perairan Pulau Sibegeu, Desa Malakopak, Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, setelah kehabisan bahan bakar dan stok makanan.
”Sampai detik ini penumpang kapal kedua tidak mau turun dari atas kapal. Mereka minta bahan bakar sebanyak 2 ton untuk kembali berlayar, tetapi tidak bisa begitu saja,” kata Josafath.