Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perompak Bebaskan Kapal Minyak Yunani

Kompas.com - 31/08/2012, 02:41 WIB

ATHENA, KOMPAS.com -- Perompak membebaskan sebuah kapal minyak Yunani yang dibajak di lepas pantai Togo, Selasa, setelah mencuri 3.000 ton minyak dari kapal itu, kata seorang pejabat perusahaan yang mengoperasikannya, Kamis (30/8/2012).
      
Pembajakan kapal MT Energy Centurion, yang dioperasikan oleh perusahaan Golden Energy Management, menggarisbawahi risiko tinggi pada perkapalan di kawasan Teluk Guinea, di mana perompakan meningkat namun masih tidak sesering seperti yang terjadi di lepas pantai Somalia.
      
"Mereka mengambil sejumlah barang muatan, permata dan uang milik awak kapal," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.
      
Belum jelas bagaimana perompak memindahkan barang dari kapal itu. Mereka melarikan diri Kamis dengan sebuah sekoci di kapal tersebut.
      
Kapal minyak itu, yang diawaki 23 orang Rusia, sedang mengangkut sekitar 50.000 ton solar dan bensin ketika dibajak. Seluruh awak kapal dalam keadaan sehat dan tanpa cedera, kata pejabat itu.

Kapal itu berlayar ke sebuah pelabuhan aman di Teluk Guinea untuk perbaikan karena sistem komunikasi dan beberapa peralatannya yang lain rusak.
      
Menurut situs berita Biro Maritim Internasional, terjadi delapan insiden perompakan di lepas pantai Togo sejak Januari.
      
Di lepas pantai Somalia, perompak meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.
      
Menurut Ecoterra International, organisasi yang mengawasi kegiatan maritim di kawasan itu, lebih dari 40 kapal asing dan lebih dari 500 pelaut hingga kini masih ditahan oleh perompak.
      
Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.
      
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.
      
Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan --termasuk 68 pembajakan yang berhasil-- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dollar AS.
      
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dollar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.
      
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
      
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut seorang menteri Puntland.
      
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
      
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
      
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com