Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya untuk Jelaskan Masalah

Kompas.com - 26/08/2012, 03:17 WIB

 Pascal S Bin Saju

Mendung memayungi kamp pengungsi etnis Rohingya di Thet Kay Pyin, tidak jauh dari Sittwe, ibu kota Negara Bagian Rakhine, Myanmar, Sabtu (11/8) petang. Di sini ditampung 2.228 keluarga dengan 14.564 jiwa dari 14 kampung yang menjadi korban konflik. Mayoritas pengungsi adalah anak-anak, remaja, dan perempuan.

Ratusan orang berbaris dengan wajah bergurat asa ketika konvoi kendaraan yang ditumpangi Ketua Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla tiba di Thet Kay Pyin. Rombongan dikawal mobil militer dengan belasan tentara bersenapan laras panjang. Polisi dan tentara yang menyandang senapan siaga di kedua sisi jalan.

Sebelumnya, di persimpangan jalan menuju ke kamp, dua polisi menyingkirkan dua barikade kawat duri untuk memberi jalan kepada rombongan. Ruas jalan yang dilalui berbatu. Sekitar 50 tenda terpal darurat berukuran 2 meter x 2 meter berjejer di sisi kiri jalan. Di sisi seberang, terdapat permukiman warga yang bukan korban konflik.

Tenda darurat dari terpal putih yang dihuni pengungsi benar-benar memprihatinkan. Jika hujan turun, mereka tidak bisa tidur atau sekadar berbaring. Memasak pun sulit. ”Sudah seminggu hujan lebat turun di Sittwe. Jika hujan tiba, mereka menderita,” kata aktivis Palang Merah Myanmar, San San Maw.

Ratusan warga—ada yang melambaikan tangan, ada pula yang bengong atau menatap dengan wajah ingin tahu—bertahan di tepi jalan ketika rombongan lewat. Mereka berbaris sepanjang lebih kurang dua kilometer sampai akhirnya rombongan berhenti di dekat tenda yang terbuat dari bahan seadanya.

Menteri Perbatasan Myanmar Thein Htay, perwira tinggi militer aktif berpangkat letnan jenderal yang mendampingi Kalla sejak dari ibu kota Myanmar Naypyidaw, mempersilakan tamunya berdialog dengan sekelompok pengungsi. Sayangnya, belum lima menit berdialog, hujan deras mengguyur.

Tidak ada tempat untuk berdialog. Barak pengungsi yang terbuat dari bahan seadanya tak mungkin dijadikan tempat pertemuan karena dijejali pengungsi. Rombongan pun pulang. Ribuan pengungsi yang berdiri di tepi jalan tetap bertahan sambil berseru dengan bahasa lokal Myanmar, atau bahasa Bengali, hingga kami berlalu.

Ada kesan, mereka kesal karena cuaca buruk membuat pertemuan berlangsung singkat. Meski hanya beberapa menit berdialog, Kalla mengatakan, para pengungsi sangat membutuhkan bantuan darurat, dan lembaga donor harus cepat pula mengorganisasi bantuan jangka panjang, termasuk rencana memukimkan kembali.

Bantuan jangka pendek yang sangat dibutuhkan berupa pangan, sandang, papan, obat-obatan, air bersih, dan sanitasi yang baik. Hal lain yang perlu dipikirkan adalah para pengungsi kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian atau sumber penghasilan tetap, serta anak-anak tidak bisa meneruskan pendidikan.

Lebih dari 100.000 orang terkena dampak konflik. Menurut data resmi pemerintah, 88 orang tewas, terdiri dari 31 orang etnis Arakan dan 57 warga etnis Rohingya. Sebanyak 87 orang terluka, dan 64.000 orang kehilangan rumah. Setidaknya 4.800 rumah dan bangunan dibakar. Para pengungsi kini ditampung di 61 kamp di Sittwe dan Maungdaw. Sebagian etnis Rohingya ditampung di Thet Kay Pyin.

Kalla tidak hanya mengunjungi korban dari etnis Rohingya. Sebelum ke Thet Kay Pyin, Kalla mengunjungi barak pengungsi Arakan, etnis warga Rakhine. Pertikaian dua hari di antara mereka pada awal Juni menyebabkan kedua kelompok warga menderita. Padahal, sebelumnya warga bisa hidup berdampingan sejak lama.

Diplomasi kemanusiaan

Mantan Wakil Presiden RI itu menembus daerah konflik, yang selama ini ditutup-tutupi dari dunia luar dengan diplomasi kemanusiaan. Pertemuan Kalla dengan Presiden Thein Sein, sehari sebelumnya, adalah momen penentu keberhasilan diplomasi kemanusiaan ke Rohingya.

Thein Sein mempersilakan Kalla masuk ke daerah konflik karena membawa misi kemanusiaan. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pun dipersilakan mengorganisasikan bantuan bagi warga Rakhine, tak melulu fokus kepada korban etnis Rohingya, tetapi juga pada korban dari etnis Arakan.

Dari penjelasan Thein Sein dan pejabat tinggi Myanmar lainnya, ditambah kunjungan langsung ke lokasi konflik, disimpulkan bahwa konflik berawal dari kasus kriminal di antara beberapa pemuda. Kasus itu melebar, dan yang mencuat kemudian konflik komunal berbau etnis dan agama.

Meski akhirnya ramai diberitakan bahwa konflik ini tidak sehebat dan sebesar konflik serupa di Indonesia. Hal itu dilihat dari jumlah korban tewas, kerugian harta benda, dan jumlah pengungsi.

”Benar ada konflik komunal di Rakhine, tetapi tak sebesar di Ambon dan Poso di negeri kita. Tidak pantas jika kita bereaksi berlebihan tanpa melihat langsung ke lokasi. Banyak orang berbicara, dan ingin bertindak di luar batas, padahal mereka sendiri tidak tahu kenyataan sebenarnya. Tidak perlu bertindak berlebihan,” kata Kalla.

Isu yang beredar di dunia maya memojokkan Pemerintah Myanmar. Hal itu dikeluhkan Presiden Thein Sein kepada Kalla dan Asisten OKI Atta El-Manan Bakhit

Banyak orang mempersepsikan konflik komunal ini terkait agama. Padahal, konflik komunal Myanmar tidak ada kaitannya dengan agama, hanya kebetulan saja etnis Rohingya dan etnis Arakan menganut agama yang berbeda. Akar persoalan adalah kemiskinan yang memicu tindak kriminal.

Pemerintah Myanmar sendiri sudah melokalisasi kasus yang terjadi antara etnis Rohingya dan Arakan. Htay, menteri yang ditunjuk Thein Sein untuk menangani konflik sektarian itu, menegaskan, 964 orang dari dua kelompok etnis itu telah ditahan karena memprovokasi pertikaian pada 8-9 Juni lalu.

Htay mengharapkan bantuan internasional ke wilayah konflik. Lembaga atau organisasi kemanusiaan dapat memberikan langsung bantuan, tetapi lebih baik juga jika dikoordinasikan dengan pemerintah agar tidak tumpang tindih. Bantuan pun mulai mengalir setelah Thein Sein membuka akses bagi dunia internasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com