Pascal S Bin Saju
Ratusan orang berbaris dengan wajah bergurat asa ketika konvoi kendaraan yang ditumpangi Ketua Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla tiba di Thet Kay Pyin. Rombongan dikawal mobil militer dengan belasan tentara bersenapan laras panjang. Polisi dan tentara yang menyandang senapan siaga di kedua sisi jalan.
Sebelumnya, di persimpangan jalan menuju ke kamp, dua polisi menyingkirkan dua barikade kawat duri untuk memberi
Tenda darurat dari terpal putih yang dihuni pengungsi benar-benar memprihatinkan.
Ratusan warga—ada yang melambaikan tangan, ada pula yang bengong atau menatap dengan wajah ingin tahu—bertahan di tepi jalan ketika rombongan lewat. Mereka berbaris sepanjang lebih kurang dua kilometer sampai akhirnya rombongan berhenti di dekat tenda yang terbuat dari bahan seadanya.
Menteri Perbatasan Myanmar Thein Htay, perwira tinggi militer aktif berpangkat letnan jenderal yang mendampingi Kalla sejak dari ibu kota Myanmar Naypyidaw, mempersilakan tamunya berdialog dengan sekelompok pengungsi. Sayangnya, belum lima menit berdialog, hujan deras mengguyur.
Tidak ada tempat untuk berdialog. Barak pengungsi yang terbuat dari bahan seadanya tak mungkin dijadikan tempat pertemuan karena dijejali pengungsi. Rombongan pun pulang. Ribuan pengungsi yang berdiri di tepi jalan tetap bertahan sambil berseru dengan bahasa lokal Myanmar, atau bahasa Bengali, hingga kami berlalu.
Ada kesan, mereka kesal karena cuaca buruk membuat pertemuan berlangsung singkat. Meski hanya beberapa menit berdialog, Kalla mengatakan, para pengungsi sangat membutuhkan bantuan darurat, dan lembaga donor harus cepat pula mengorganisasi bantuan jangka panjang, termasuk rencana memukimkan kembali.
Bantuan jangka pendek yang sangat dibutuhkan berupa pangan, sandang, papan, obat-obatan, air bersih, dan sanitasi yang baik. Hal lain yang perlu dipikirkan adalah para pengungsi kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian atau sumber penghasilan tetap, serta anak-anak tidak bisa meneruskan pendidikan.