Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeringan Ancam Produksi Padi

Kompas.com - 24/08/2012, 02:38 WIB

Wonogiri, Kompas - Kekeringan selama musim kemarau ini diyakini mengganggu produktivitas petani di Wonogiri. Kekeringan tersebut membuat banyak tanaman gagal panen, bahkan hasil panen pun bakal turun hingga 80 persen. Petani setempat menilai kekeringan tahun ini lebih buruk.

Pantauan Kompas, Kamis (23/8), kondisi terparah terjadi di kawasan di atas aliran sungai dan irigasi, termasuk di areal sawah tadah hujan. Pasalnya, meskipun musim kemarau, banyak petani yang menanam padi, menyusul musim yang tiba-tiba berubah.

”Saya tidak menyangka musim kemarau akan sepanas ini. Dua bulan lalu waktu saya menanam padi, hujan dua kali sehari dan lumayan deras. Tapi, begitu padi sudah ditanam tiba-tiba kering sekali. Panas dan tidak ada hujan. Tanah cepat sekali kering dan tanaman seperti gosong. Akhirnya padi saya tiga petak puso semua,” kata Sukino (65), petani di Desa Temon, Kecamatan Baturetno, Wonogiri, Kamis (23/8).

Sukino masih mempunyai dua petak lahan padi yang masih dipanen. Kedua petak lahan padi tersebut letaknya tidak jauh dari aliran Kali Temon. Dia sempat menyewa mesin diesel untuk menyedot air guna mengairi tanaman padinya. Hasilnya, hanya bisa dipanen 250 kilogram dari seharusnya 1 ton gabah kering panen.

”Kurang sekali airnya. Panasnya luar biasa. Daun-daun padi sebagian gosong,” kata dia.

Tak sedikit desa yang berada di lembah sungai dan sejajar dengan saluran irigasi juga mengalami kekeringan. Kawasan Baturetno dan Batuwarno di hulu Sungai Bengawan Solo yang banyak dialiri anak-anak sungai tersebut menerima imbas yang paling parah.

”Kekeringan tahun ini merata. Hampir semuanya kena. Di daerah yang dekat sungai pun juga kurang air karena alirannya kecil, bahkan banyak yang mati,” kata Sutiyo (45), pengurus kelompok tani Desa Temon, Kecamatan Baturetno, Kamis.

Bowo (32), petani di Desa Belik Urip, Baturetno, mengaku sungai-sungai kecil yang menjadi sumber aliran irigasi, seperti Kalinekuk, Tirtomoyo, dan Temon, banyak yang kering. Meskipun di sungai-sungai tersebut dibangun dam-dam kecil, air yang ditampung mengering. Aliran sungai hanya mengandalkan sumber-sumber air bawah tanah di pokok-pokok pohon.

Banyak petani yang membabat lahan padinya yang puso. Mereka menggantikan dengan tanaman palawija. Namun, kondisi yang dialami tak jauh beda. Tanaman kacang tanah, kedelai, dan jagung banyak mengering. Daunnya menguning. ”Saya terpaksa membabat tanaman jagung saya untuk dijual sebagai pakan ternak. Kalau enggak gitu enggak akan dapat apa-apa,” ujar Bowo. (HAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com