Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Suriah Ratapi Ramadhan dan Idul Fitri

Kompas.com - 18/08/2012, 16:09 WIB

 

Oleh Musthafa Abd Rahman

KOMPAS.com - Dua sosok, yang satu tua, lainnya muda, dengan pakaian seadanya berjalan bergegas di depan kamp pengungsi Suriah di Altinozu, 40 kilometer arah timur kota Antakya, Turki, Selasa (14/8/2012).

Kepada Kompas, mereka mengaku sebagai para pengungsi dari Suriah. Mereka sengaja berjalan agak cepat untuk mengambil jatah dua potong roti di kamp pengungsi Altinozu untuk hidangan buka puasa.

Keduanya bernama Omar (42) dan Hikmah (16). Mereka berdua berasal dari Provinsi Idlib, Suriah, dan berada di Altinozu sejak awal Agustus.

”Setiap hari saya harus berjalan dari rumah sewa ke kamp pengungsi Altinozu untuk mengambil jatah. Hanya dua potong roti per hari bagi setiap pengungsi yang terdaftar di kamp Altinozu,” ungkap Omar.

Pengakuan Omar merefleksikan keadaan para pengungsi Suriah di Turki ataupun di negara lain. Cerita tentang derita pengungsi, baik secara fisik maupun psikologis. Bulan suci Ramadhan bagi mereka tampak berlalu begitu saja tanpa keistimewaan, dan raut wajah mereka pun tak memancarkan kebahagiaan menjelang Idul Fitri.

Menurut Omar, bagaimana bisa menikmati bulan suci Ramadhan jika setiap lima pengungsi mendapat jatah beras atau gandum kurang dari satu kilogram per hari. Ia juga mengeluhkan kiriman sayur-sayuran dan buah-buahan untuk pengungsi yang kerap sudah rusak.

”Biasanya buah-buahan yang dikirim ke sini berupa pisang dan semangka. Namun, sering kali sudah busuk sehingga tak bisa dimakan,” kata Omar.

Pengungsi Suriah lain, Majid Mahmud (40), mengakui perasaan batin yang sulit pada bulan suci Ramadhan tahun ini. Hidup di pengungsian saat bulan Ramadhan tetaplah menyiksa karena selalu ingat pada bulan Ramadhan ketika di kampung sendiri.

Ia mengungkapkan, jaminan makanan memang cukup tersedia di kamp pengungsi meskipun seadanya. Hanya jadwal pembagian jatah makanan itu berbeda antara sebelum dan pada saat bulan Ramadhan. ”Sebelum Ramadhan, jadwal makan tiga kali, yakni pagi, siang, dan malam. Pada saat Ramadhan diubah menjadi saat buka puasa dan sahur,” tutur Mahmud.

Tanpa persiapan

Omar mengaku sama sekali tak memikirkan persiapan Idul Fitri. ”Tidak terpikir membeli sesuatu pada Idul Fitri, apalagi beli pakaian baru untuk anak- anak. Saya tidak punya uang untuk membeli sesuatu,” kata Omar, yang menempati rumah sewa sederhana bersama anak dan istrinya di Altinozu.

Ia mengaku terpaksa keluar dari kamp Altinozu dan menyewa rumah sederhana seharga 200 lira Turki (sekitar Rp 1 juta) per bulan demi keluarganya. Menurut dia, ada 500 keluarga Suriah yang menyewa rumah di Altinozu tanpa mendapat bantuan apa pun dari manajemen kamp pengungsi Altinozu.

Mahmud juga menyatakan tidak melakukan persiapan apa- apa menyambut Idul Fitri karena tidak punya uang.

”Kami di sini hidup dari bantuan. Bagaimana bisa membeli sesuatu untuk Idul Fitri?” tambah Mahmud.

Omar dan Mahmud sama- sama mengutarakan keinginan mereka untuk segera pulang ke Suriah.

Kehidupan di kamp pengungsi Altinozu dan juga kamp pengungsi lain di Turki tampak eksklusif karena Pemerintah Turki memberlakukan aturan yang cukup ketat. Semua kamp pengungsi dijaga ketat oleh tentara Turki, yang mungkin khawatir disusupi loyalis rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Ketika Kompas mencoba masuk kamp pengungsi Altinozu, tiba-tiba dicegat petugas satpam kamp pengungsi karena tidak memiliki izin masuk dari otoritas Turki. Pemerintah Turki memberlakukan larangan orang luar masuk kamp pengungsi, kecuali mendapat izin khusus dari otoritas terkait.

Menurut Mahmud, kamp pengungsi memberlakukan jam keluar kamp untuk penghuni, yaitu dari pukul 07.00 hingga 22.00 setiap hari. Pada masa itu, para penghuni kamp dipersilakan keluar jika ingin ke pasar atau toko untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Biasanya pertemuan penghuni kamp pengungsi dengan orang luar dilakukan di luar kamp pada jam- jam tersebut.

Kamp pengungsi Altinozu adalah satu dari sekian banyak kamp pengungsi Suriah di Turki. Kamp yang dibangun Pemerintah Turki pada Juni 2011 itu menampung sekitar 1.800 pengungsi Suriah.

Selain kamp Altinozu, di Turki terdapat kamp pengungsi lain di Apaydin, kamp Bohsin, kamp Yaydalagi, dan kamp Kilis. Menurut catatan resmi Pemerintah Turki, terdapat sekitar 59.000 pengungsi Suriah di Turki saat ini. Namun, menurut rumor yang beredar di kalangan warga Turki, pengungsi Suriah bisa mencapai lebih dari 100.000 orang karena banyak pengungsi yang tidak terdaftar.

Kamp pengungsi di Turki lebih banyak dihuni penghuni kelas bawah. Adapun pengungsi kelas menengah dan kaya memilih sewa rumah di kota Reyhanli, Kilis, Antakya, dan kota- kota lain.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com