KOMPAS.com - Rusia pada Rabu (15/8/2012) mengingatkan Barat soal kemungkinan sabotase kesepakatan peralihan politik di Suriah. Kesepakatan itu menurut Rusia akan mengakhiri peningkatan kemelut di Suriah. Kesepakatan itu dicapai di Geneva pada akhir Juli 2012.
Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, tulis AFP, menuduh negara Barat mengobarkan kekerasan secara terbuka dengan mendukung oposisi bersenjata. Iaq mengatakan Rusia mengharapkan jawaban resmi dalam hitungan hari mengenai apakah mereka mendukung kesepakatan itu. "Apa yang dicapai di Geneva tidak boleh disabotase," kata Lavrov kepada wartawan saat kunjungannya ke Belarus.
"Kami akan mencoba untuk mendapatkan jawaban dari mitra-mitra kami (Barat) dalam beberapa hari mendatang tentang apakah mereka mendukung apa yang mereka tandatangani di Geneva," katanya.
"Jika demikian, mengapa mereka tidak mengambil langkah-langkah untuk menerapkannya?" kata Lavrov menuntut.
Negara-negara kuat dunia pada 30 Juni telah menyepakati rencana transisi yang didukung Rusia di Swiss, yang tidak membuat seruan secara eksplisit kepada Presiden Bashar al-Assad untuk berhenti berkuasa.
Barat dengan cepat berpendapat bahwa pihaknya tidak melihat peran Bashar dalam pemerintah persatuan dan masa depan rencana sekarang yang tampaknya dalam bahaya lebih lanjut, karena pengumuman pengunduran diri mediator Suriah Kofi Annan dari krisis.
Para pejabat Rusia Rabu mengatakan mereka ingin menangguhkan misi pemantauan PBB di Suriah yang beroperasi dalam beberapa bentuk setelah mandatnya berakhir pada 19 Agustus.