Kontraksi atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negatif dialami juga oleh Uni Eropa, yang beranggotakan 27 negara. Resesi secara resmi didefinisikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Jerman, negara ekonomi terkuat di Eropa, masih bertahan dengan pertumbuhan 0,3 persen pada periode April hingga Juni, melebihi sejumlah perkiraan. Namun, ekonomi Perancis yang stagnan dan kontraksi di sejumlah negara di Eropa selatan membuat banyak pengamat memprediksi ekonomi Eropa akan memburuk tahun 2013.
”Gambaran besarnya, pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan untuk mengakhiri krisis utang di wilayah ini belum terlihat,” ujar Jonathan Loynes, analis ekonomi dari Capital Economics yang berbasis di London.
Tom Rogers, analis dari
PDB Italia turun 0,7 persen, April-Juni, dan Spanyol terkontraksi 0,4 persen. Ekonomi Yunani juga terus merosot 6,2 persen, melanjutkan kontraksi di kuartal pertama sebesar 6,5 persen.
Pertumbuhan negatif di ketiga negara itu telah diperkirakan sebelumnya. Namun, Howard Archer dari IHS Global Insight mengatakan, ”Yang perlu dikhawatirkan adalah kontraksi PDB juga terjadi di Belgia dan Finlandia.” Dua negara itu mengalami pertumbuhan negatif masing- masing sebesar 0,6 persen dan 0,1 persen.
”Angka yang muncul lebih baik dari yang kami perkirakan. Namun, secara keseluruhan mengonfirmasi ide dasar bahwa zona euro memasuki fase resesi,” kata Aline Schuiling, ekonomis dari ABN AMRO.
Ini ketiga kalinya Perancis berturut-turut mencatat pertumbuhan nol persen. Bank Sentral Perancis sudah lebih dulu memprediksikan terjadi kontraksi kecil di kuartal ketiga. ”Angka ini tidak sempurna. Tetapi, pada saat bersamaan, Perancis tidak berada dalam resesi ketika mayoritas negara Eropa mengalaminya,” ujar Menteri Keuangan Perancis Pierre Moscovici pada radio Europe 1.
Pertanyaan besar yang belum terjawab apakah pelemahan ekonomi Eropa ini akan mengurangi semangat Jerman membantu upaya penyelamatan negara di zoan euro.