Kairo, Kompas -
Surat kabar Mesir Al Shorouk mengungkapkan, sebuah pos militer yang terletak antara kota El Arish dan Rafah, Kamis malam, diserang kelompok militan bersenjata. Namun, tentara di pos itu bisa melawan serangan tersebut.
Wartawan Kompas,
Pemimpin Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza, Ismail Haniya, Kamis malam secara khusus mengimbau Presiden Mesir Muhammad Mursi agar kembali membuka pintu gerbang Rafah. Pintu perbatasan itu ditutup sejak aksi serangan brutal Minggu malam lalu, yang menewaskan 16 anggota pasukan dan perwira penjaga perbatasan Mesir.
Hingga Jumat, tank-tank, kendaraan lapis baja, dan kendaraan pengangkut pasukan Mesir terus mengepung kawasan yang diyakini menjadi tempat persembunyian kelompok militan bersenjata di area perbukitan Al Halal, Al Mahdiah, Desa Touma, dan kota Sheikh Zuweid.
Helikopter tempur Apache juga terus menggempur kawasan tersebut. Jumlah anggota kelompok militan yang bersembunyi di daerah itu diperkirakan 5.000 orang. Mereka dilengkapi berbagai jenis senjata canggih yang diduga hasil selundupan dari Israel dan Libya.
Insiden serangan di Sinai ini telah mendekatkan Presiden Mursi dan Dewan Agung Militer (SCAF). Mursi dan Menteri Pertahanan Jenderal Hussein Tantawi, Kamis, menggelar pertemuan khusus membahas perkembangan operasi militer di Sinai. Itu adalah pertemuan ketiga dalam tiga hari terakhir ini.
Insiden tersebut juga mendongkrak popularitas Presiden Mursi yang dinilai tegas dan cepat memberi instruksi untuk menumpas kelompok militan bersenjata di Semenanjung Sinai. Mursi juga dinilai tegas dan cepat dalam memecat sejumlah pejabat tinggi keamanan yang dianggap gagal.
Beberapa kekuatan politik yang selama ini anti-Presiden Mursi kini berbalik memuji.
Di Israel, situs harian Yedioth Ahronoth mengatakan, kabinet Israel urusan keamanan menyetujui dan mendukung militer Mesir menggunakan helikopter tempur untuk memburu dan menumpas kelompok militan bersenjata di Sinai.