Teheran, Kamis
”Republik Islam Iran meyakini bahwa krisis Suriah hanya bisa diselesaikan melalui pembicaraan serius dan inklusif antara pemerintah dan kelompok-kelompok oposisi yang mendapat dukungan luas di Suriah,” kata Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi dalam sambutan pada pembukaan konferensi.
Konferensi, yang menjadi tandingan konferensi ”Sahabat Suriah” yang disponsori negara-negara Arab dan Barat, itu dihadiri delegasi dari 29 negara. Media Iran menyebutkan, menteri luar negeri Irak, Pakistan, dan Zimbabwe hadir dalam pertemuan itu.
Adapun delegasi dari negara- negara lain diwakili para duta besar mereka di Teheran. Mereka berasal dari Afganistan, Aljazair, Armenia, Benin, Belarus, China, Kuba, Ekuador, Georgia, India, Indonesia, Jordania, Kazakstan, Kirgistan, Maladewa, Mauritania, Nikaragua, Oman, Rusia, Sri Lanka, Sudan, Tajikistan, Tunisia, Turkmenistan, dan Venezuela.
Perwakilan negara-negara Barat dan negara-negara Arab di kawasan Teluk Persia, yang oleh Iran dituduh telah memberikan dukungan militer terhadap gerakan oposisi di Suriah, tidak hadir dalam konferensi itu.
Salehi menegaskan, Iran menentang segala bentuk campur tangan asing dan intervensi militer dalam menyelesaikan krisis di Suriah. Ia juga mengatakan, Iran siap memfasilitasi dialog di antara pihak yang bertikai di Suriah.
Upaya diplomatik internasional untuk menyelesaikan krisis di Suriah praktis terhenti sejak Utusan Khusus PBB dan Liga Arab, Kofi Annan, mengundurkan diri. Dialog antara pihak pemerintah dan oposisi di Suriah juga tak kunjung terwujud karena pihak oposisi menuntut pengunduran diri Presiden Bashar al-Assad sebagai prasyarat yang harus dipenuhi sebelum ada dialog.
Kebuntuan upaya diplomatik ini terjadi saat pertempuran terus berkobar di Suriah dan korban jiwa terus bertambah. Para diplomat Barat pesimistis terhadap konferensi internasional yang digagas Iran itu, dan menuduh acara itu sekadar sebagai upaya mengalihkan perhatian dari konflik berdarah yang terus terjadi di lapangan.
Pertempuran sengit terus terjadi di Aleppo saat pasukan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) berusaha bertahan dari gempuran senjata-senjata berat tentara pemerintah. Hari Kamis, pihak FSA mengakui mereka telah mundur dari Distrik Salaheddin, tetapi bertekad akan terus melawan.