Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malapetaka Baru Mengancam Warga Gaza

Kompas.com - 09/08/2012, 08:38 WIB
Kistyarini

Penulis

KOMPAS.com — "Kalau penutupan ini berlanjut, itu artinya malapetaka," kata Abu Taha, yang mengoperasikan salah satu dari ratusan terowongan lintas perbatasan di Jalur Gaza.

Bagi pengusaha berusia 40 tahun itu, terowongan-terowongan di perbatasan selatan Gaza yang berbatasan dengan Mesir itu telah memberinya, juga ribuan orang lain, penghasilan cukup besar selama bertahun-tahun.

Namun, semua itu harus berhenti setelah pada Minggu (5/8/201) lebih dari 30 pria bersenjata menyerbu pos perbatasan Mesir dengan Israel di Semenanjung Sinai, yang tak jauh dari situ. Dalam serangan itu 16 tentara Mesir tewas.

Serangan brutal itu mengejutkan Kairo, yang langsung memutuskan menutup perbatasan Rafah dan memblokade akses ke terowongan penyelundupan itu. Penutupan itu pun memutus jalur kehidupan penduduk Gaza yang menjadi korban blokade Israel sejak 2006.

"Barang dagangan dan makanan datang lewat terowongan itu, aktivitas pembangunan pun akan benar-benar terhenti," kata Abu Taha. "Penutupan terowongan-terowognan itu akan mencekit Gaza dan membuat Israel senang."

Kabar penutupan itu bagai "bom", kata Abu Mustafa (34) yang memiliki satu terowongan dengan khusus mengangkut bahan-bahan bangunan.

"Bisnis kami bakal berhenti. Ribuan keluarga pemilik terowongan dan pekerja bakal terpengaruh," lanjutnya.

"Kami tidak menentang tindakan pengamanan oleh Mesir dan Palestina, tetapi kami menuntut mereka membuka kembali terowongan itu, mungkin dengan pengawasan yang lebih ketat. Namun, jika kami menutup terowongan-terowongan ini, orang-orang di Gaza akan mati."

Pejabat keamanan Palestina memperkirakan terdapat ratusan terowongan di Rafah, kota yang membentang di perbatasan selatan Gaza dengan Sinai wilayah Mesir.

Omar Shaaban, ekonom yang memimpin PALthink, lembaga think tank yang berbasis di Gaza, mengatakan, perdagangan melalui terowongan itu diperkirakan beromzet hampir setengah miliar dollar AS per tahun. Penutupan itu akan memberi "dampak menghancurkan" bagi siapa pun yang tinggal di Gaza.

"Jalur (Gaza) ini terbiasa dengan terowongan sebagai titik penyeberangan permanen dan setiap sektor benar-benar bergantung padanya," katanya kepada AFP. "Penutupan, meski hanya seminggu, akan menyebabkan kemunduran situasi."

Gaza mengalami blokade oleh Israel sejak 2006. Meskipun langkah-langkah sudah dilakukan untuk melonggarkan pembatasan, Israel tetap mengatur dengan sangat ketat apa yang bisa diimpor, termasuk bahan-bahan bangunan yang mendasar, yang akhirnya dimasukkan lewat terowongan, ujar Shaaban.

Menutup terowongan berarti banyak proyek pembangunan yang terhenti, yang menyebabkan "15.000 pekerja di sektor itu kehilangan pekerjaan". "Dan, jangan lupa, bahan bakar diperlukan tiap hari. Menunda (pengiriman) ini akan memperburuk krisis listrik dan akan menghentikan pekerjaan di toko roti, pabrik, dan transportasi."

Sampai beberapa waktu lau, Gaza mengalami krisis listrik terburuk sepanjang sejarah. Namun, situasi itu membaik dengan adanya pengiriman jutaan galon BBM Qatar yang dikirim melalui Mesir dan Israel. Akan tetapi, serangan Minggu malam itu membuat semuanya berhenti.

Antrean panjang mobil terlihat di SPBU di sepanjang kawasan kantong di tepi pantai pada Senin (6/8/2012) ketika warga yang panik melakukan aksi borong, hingga toko-toko kehabisan stok barang.

"Mesir memblokade truk-truk yang mengangkut barang-barang dan bahan bakar menuju terowongan," kata Abu Jihad, yang mengelola sebuah terowongan bahan bakar.

Meskipun dia sependapat bahwa Mesir perlu bertindak untuk menangkap para penjahat, kata Abu Jihad, menutup terowongan bakal menjadi pukulan berat buat Gaza.

"Siapa yang akan memasok makanan dan minuman bagi rakyat di sini? Bagaimana pembangkit listrik bisa bekerja tanpa BBM? Kehidupan di sini bergantung pada terowongan-terowongan itu," katanya.

Dalam beberapa jam setelah serangan terhadap penjaga perbatasan Mesir, kepolisian Hamas langsung waspada, mengerahkan banyak personelnya di sepanjang perbatasan untuk mengusir orang-orang.

Ihab al-Ghussein, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Hamas, mengatakan, kondisi siaga itu akan terus berlangsung "selama yang diperlukan" untuk memastikan tidak ada pelaku memasuki wilayah Gaza.

Al-Ghussein menegaskan, tidak ada pelaku (penyerangan) dari Gaza.

"Gaza tidak terlibat dalam serangan itu dan tidak ada orang Gaza yang menyelinap keluar melalui terowongan," tuturnya. Dia menolak "tuduhan tak berdasar" yang mengarah kepada warga Palestina. Dia menggambarkan tuduhan itu sebagai "karangan Israel".

Wakil Menteri Luar Negeri Ghazi Ahmad mengatakan, perlintasan Rafah akan dibuka kembali "dalam beberapa hari mendatang jika terbukti tidak ada orang Gaza yang terlibat dalam serangan itu, tapi (pembukaan) terowongan-terowongan itu akan membutuhkan waktu lebih lama."

"Kami menutup terowongan-terowongan itu untuk mencegah siapapun menyusup masuk ataupun keluar dari Gaza selama perburuan para pelaku (serangan) dan orang-orang yang mendukung mereka," Ghazi Ahmad menegaskan.

Dia mengakui, menutup terowongan itu "berpengaruh buruk" terhadap Jalur (Gaza) seperti yang sudah diketahui bahwa Ghaza bergantung pada terowongan untuk mendapatkan makanan, bahan bangunan, seperti semen, dan bahan bakar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com