Negara-negara Barat mengatakan pembelotan Perdana Menteri Riad Hijab adalah tanda bahwa rezim Presiden Bashar al-Assad mulai runtuh.
Gedung Putih mengatakan ini adalah momentum bagi oposisi, sedangkan Perancis mengatakan pemerintahan Assad "hancur."
Hijab, pejabat Suriah paling senior yang membelot, hari Senin (6/8/2012), mengecam "rezim teroris" Suriah dan mengatakan ia bergabung dengan revolusi.
Keberadaannya tidak diketahui, meski sejumlah laporan mengatakan ia mungkin sedang menuju Qatar.
Pertempuran terus terjadi di kota Aleppo dimana pasukan pemberontak berusaha menahan bombardir artileri dan jet tempur pemerintah.
Juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan pembelotan tingkat tinggi itu menandakan bahwa genggaman Presiden Assad atas kekuasaan "melemah."
"Jika ia tidak bisa menjaga keutuhan di lingkaran dalamnya, hal itu adalah refleksi dari ketidakmampuannya menjaga pengikut diantara rakyat Suriah yang tidak berada dibawah ancaman senjata," kata dia.
"Momentumnya kini ada pada oposisi dan dengan rakyat Suriah."
Menteri Luar Negeri Laurent Fabius mengatakan pembelotan yang terakhir ini adalah sinyal lain bahwa rezim melemah dan kehilangan dukungan.
"Perancis yakin bahwa rezim Assad sudah hancur," kata dia dalam sebuah pernyataan.
Lari ke Qatar
Juru bicara Hijab yang tampil di televisi Al-Jazeera di Jordania mengatakan sang perdana menteri dan keluarganya telah meninggalkan Suriah. Ia mengatakan Hijab kini berada di "lokasi aman."
Ada spekulasi bahwa Hijab telah menyeberangi perbatasan menuju Jordania, meski televisi pemerintah Jordania kemudian membantahnya.
Wartawan BBC Jim Muir di Lebanon mengatakan Hijab diperkirakan akan menetap di Qatar.
"Saya telah membelot dari rezim teroris dan pembunuh dan saya kini bergabung dengan revolusi suci," demikian pernyataan Hijab yang dibacakan oleh juru bicaranya Mohammed el-Etri.