Pukul 04.00, saat seharusnya umat Muslim di Aleppo menyelesaikan makan sahur sebagai persiapan puasa Ramadhan hari itu, empat helikopter rezim Bashar al-Assad mulai mengobarkan pertempuran dengan meluncurkan peluru-peluru roket.
Kegelapan yang masih menyelimuti Distrik Salaheddin—tempat pasukan oposisi bertahan—seketika sirna setelah empat gedung serentak membara dalam waktu cepat terkena roket-roket tersebut. Suara ledakan roket, peluru artileri, dan tembakan senapan mesin bersahutan, mengoyak kedamaian subuh itu.
”Pertempuran dimulai pukul 04.00 dan 8 jam kemudian suasananya masih seperti di neraka. Ini benar-benar gila,” kata koresponden Agence France- Presse (AFP) di Aleppo.
Tank-tank dan meriam-meriam pasukan pemerintah, yang telah dikumpulkan dalam beberapa hari terakhir ini turut mengepung dan membombardir Distrik Salaheddin. Pertempuran tak seimbang pun terjadi karena pasukan oposisi hanya mengandalkan senjata ringan, seperti senapan mesin dan beberapa roket peluncur granat (RPG)
Namun, kemurkaan pasukan Assad itu tidak dibiarkan berlangsung tanpa perlawanan.
Di Distrik Hamdaniyeh, tempat koresponden AFP itu berada, oposisi memukul mundur tentara rezim. Di jalanan terlihat tiga bangkai tank pemerintah yang baru saja dihancurkan. Jenazah 6 tentara pemerintah dan 4 prajurit oposisi bergelimpangan di dekatnya.
Tentara Pembebasan Suriah (FSA), yang menjadi kelompok perlawanan militer utama dari pihak oposisi selama ini, mendapat bantuan dari kelompok milisi Liwa al-Tawhid al-Mujahideen (Brigade Mujahidin Bersatu).
Brigade ini beranggotakan para milisi asing dari luar Suriah. Para anggota brigade itu mengaku berasal dari Aljazair, Chechnya, dan bahkan negara-negara Eropa, seperti Swedia dan Perancis. Seperti diberitakan sebelumnya, para milisi asing ini masuk ke Suriah dari perbatasan dengan Turki.