Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saksi Pembunuhan Dicekam Ketakutan

Kompas.com - 27/07/2012, 13:15 WIB
Simon Saragih

Penulis

MANILA, KOMPAS.com — Para pembunuh bayaran menjadi saksi utama dalam pembantaian politik yang terjadi di Filipina selatan tahun 2009. Proses pengadilan atas tragedi yang menewaskan 57 orang itu pun berlangsung kompleks dan amat menakutkan.

Tiga saksi dan tiga anggota keluarga dari saksi-saksi lain, yang berencana bersaksi di pengadilan, telah tewas dibunuh. "Kini setidaknya 10 saksi yang masih hidup ditempatkan di bawah perlindungan Departemen Kehakiman," kata Esmael Mangudadatu, politisi di Filipina selatan, yang istri dan dua saudarinya ikut tewas dalam pembantaian politik itu.

Keluarga Ampatuan, yang menguasasi posisi gubernur dan bupati di Provinsi Manguindanao, Filipina selatan, adalah rival politik Mangudadatu yang mencoba menantang eksistensi Ampatuan dalam pemilu beberapa waktu lalu.

Khawatir akan kehancuran dinasti politik mereka di Filipina selatan, keluarga Ampatuan, mulai dari ayah hingga anak-anak, merencanakan pembunuhan terhadap keluarga dan pendukung politik Mangudadatu dalam sebuah perjalanan, yang juga disertai sejumlah wartawan.

Mangudadatu menambahkan, di luar 10 saksi yang dilindungi, masih ada sejumlah saksi yang kini hidup dalam ketakutan dan hidup kucing-kucingan dengan para pembunuh bayaran. Diduga, para pembunuh bayaran ini masih bergentayangan dan disewa keluarga Ampatuan, yang disebut-sebut dekat dengan mantan Presiden Filipina Gloria Macapagal-Arroyo.

"Para saksi ini hidup dalam ketakutan dan lambat atau cepat akan ada pembunuhan lanjutan," ujar Mangudadatu, yang juga termasuk dalam perlindungan Departemen Kehakiman.

"Saya tidak bisa bergerak bebas sekarang," kata Mangudadatu, yang kini sering bepergian antara Manila dan Provinsi Manguindanao.

Ampatuan Junior dan Ayahnya, serta para anggota klan, termasuk di antara 197 orang yang diadili. Hampir 100 orang dari 197 orang terdakwa itu adalah para anggota milisi keluarga Ampatuan. Namun, kebanyakan milisi ini belum bisa ditangkap.

Dari para tedakwa yang belum bisa ditangkap itu, beberapa masih menduduki pos-pos penting di pemerintahan di Filipina selatan.

Mangudadatu kelak terpilih jadi Gubernur Manguindanao, tetapi tidak berkantor di provinsi itu karena khawatir akan jadi korban pembunuhan juga.

Diancam

Catherine Nunez (50) adalah seorang ibu dengan anak bernama Victor, seorang wartawan yang turut tewas dalam pembantaian itu. Nunez mengatakan, keluarga para korban tewas juga diancam.

"Mungkin mereka menginginkan agar kasus pembantaian itu tidak dilanjutkan. Saya khawatir jika tidak ada perlindungan mereka akan mencederai dua anak saya yang lain juga," kata Nunez.

Di antara para saksi yang sudah tewas adalah Esmail Amil Enog, mantan karyawan di keluarga Ampatuan, yang sempat bersaksi di pengadilan. Enog menghilang pada Maret 2012, tetapi jasadnya kemudian ditemukan.

Pimpinan Enog, anggota keluarga Ampatuan, yang bersedia menjadi saksi juga tewas ditembak. Seorang milisi lain yang hendak bersaksi juga tewas pada tahun 2010.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com