JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Parlemen Perempuan Dunia, Nurhayati Ali Assegaf mendesak kepada Parlemen Dunia, Inter Parliamentary Union (IPU) untuk segera mengambil sikap tegas terkait pembantaian 6.000 umat Muslim Rohingya, di Myanmar. "Saya sebagai Presiden Parlemen Perempuan Dunia, berkirim surat kepada Sekjen IPU, supaya menyikapi dan mengambil tindakan-tindakan untuk menyelamatkan kaum muslimin di Myanmar. Saya juga meminta Sekjen IPU supaya segera kirim surat kepada pemerintah Myanmar agar melakukan protes keras atas pembunuhan yang terjadi di Mynmar atas kaum muslimin," ungkap Nurhayati di Jakarta, Selasa (24/7/2012).
Sebagai organisasi parlemen dunia, sudah seharusnya menaruh perhatian terhadap masalah yang mengakibatkan hilangnya ribuan nyawa. "Saya meminta dihentikan dan mengutuk keras pembantaian itu apalagi pembantaian itu terjadi di bulan suci Ramadhan dan ini sangat memprihatinkan," kata Ketua DPP Partai Demokrat bidang luar negeri itu.
Nurhayati menegaskan, aksi pembantaian terhadap umat Muslim di Myanmar menunjukkan tidak berjalannya demokrasi di Myanmar. "Demokrasi itu melindungi minoritas dan menghargai mayoritas. Pembantaian 6.000 ribu umat sangat jauh dari demokrasi yang selama ini kita menghargai atau memberikan asistansi proses demokrasi di Myanmar," tegas Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI itu.
Dalam kondisi konflik seperti ini, lanjut Nurhayati, yang banyak menjadi korban dan dirugikan adalah perempuan. Aksi ini, kata dia, wajib menjadi perhatian dunia internasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.