Serangan ke Aleppo terjadi tidak lama setelah oposisi mengebom Markas Besar Biro Keamanan Nasional di Damaskus hingga empat petinggi militer tewas. Serangan itu adalah bagian dari rangkaian serangan enam hari pihak oposisi yang diberi sandi ”Damascus Volcano”.
Sejumlah besar tentara Suriah dilengkapi puluhan kendaraan lapis baja menyatroni kota Aleppo, Sabtu. Salah satu daerah yang menjadi medan pertempuran adalah distrik Salaheddin, yang telah dua hari diduduki pasukan oposisi.
Aktivis oposisi melaporkan, sekitar 130 orang tewas, termasuk 41 warga sipil, Sabtu itu. Setidaknya sudah 19.000 orang tewas dalam 16 bulan konflik bersenjata di Suriah.
Ratusan keluarga lari meninggalkan Aleppo tidak lama setelah kontak senjata antara militer dan oposisi.
Di Damaskus, Minggu (22/7), kembali terjadi kontak senjata besar-besaran antara oposisi dan pasukan pemerintah. Distrik Barzeh, Damaskus, menjadi pusat pertempuran terbaru, Minggu. Ratusan orang mengungsi.
Sementara itu, Jenderal Mustafa Sheikh, salah satu perwira tinggi Suriah yang telah membelot, mengatakan, pasukan Assad mulai menyalurkan senjata kimia ke sejumlah wilayah. Besar kemungkinan senjata itu akan dipakai melawan oposisi.
Hari demi hari Suriah tidak pernah sepi dari bentrokan senjata yang mematikan. Nyawa manusia terkesan tidak berguna di sini. Kekerasan bersenjata mengubah Suriah menjadi ”kuburan massal” menakutkan sehingga setiap hari selalu ada ratusan orang kabur ke negara tetangga.
Wilayah semi-otonomi Kurdi di Irak telah menerima hingga 9.000 pengungsi Suriah setelah kekerasan berlangsung. ”Jumlah pengungsi Suriah yang melintasi perbatasan terus meningkat. Sampai sekarang kami telah menerima 9.000 pengungsi,” kata Mohammed Abdullah, Kepala Direktorat Imigrasi dan Imigran Provinsi Duhuk, Irak.