TOKYO, MINGGU -
Mereka dicurigai memaksa para pekerjanya melaporkan tingkat radiasi jauh lebih rendah dari yang sebenarnya.
Penyelidikan digelar setelah ramainya pemberitaan tentang kecurigaan kecurangan itu di sejumlah media massa Jepang, salah satunya surat kabar Asahi Shimbun.
Dalam pemberitaannya, Asahi Shimbun menulis, salah seorang atasan di perusahaan subkontraktor itu memaksa 10 pekerja membungkus alat dosimeter yang mereka kenakan dengan kemasan berbahan timbal.
Langkah tersebut membuat angka radiasi yang terukur dosimeter menjadi lebih rendah dari paparan radiasi yang sesungguhnya. Alat dosimeter itu berfungsi mengukur tingkat paparan radiasi yang diterima pemakainya.
Cara curang seperti itu dilakukan agar para pekerja
Kejadian seperti itu semakin menguatkan kecurigaan selama ini tentang adanya kecurangan yang sudah sejak lama dipraktikkan.
Upaya penyelidikan mulai dilakukan sejak akhir pekan. Menurut salah seorang pejabat di Biro Pekerja Fukushima, Yasuhiro Kishi, pemeriksaan dilakukan langsung di lokasi.
Menurut Kishi, inspeksi lapangan di reaktor Fukushima dilakukan, termasuk dengan mengecek semua pembacaan dosimeter para pekerja serta berbagai bentuk catatan lain.
Seperti diwartakan, PLTN Fukushima Daiichi rusak dan bocor setelah dihantam gempa dan gelombang tsunami yang melanda Jepang, 11 Maret 2011.
Pembangkit itu dioperasikan perusahaan Tokyo Electric Power Co.
Ini adalah proses penyelidikan pertama yang dilakukan otoritas Jepang terkait sejumlah dugaan kecurangan yang dilakukan di lingkungan PLTN tersebut.
Padahal, kecurangan seperti itu diyakini sudah lama terjadi.
Pascakecelakaan, pemerintah sempat menggandakan angka batasan paparan radiasi darurat. Akan tetapi, pemerintah kemudian menurunkan kembali ke angka sebelumnya pada bulan Desember.
Saat ini, aturan di Jepang menetapkan batas maksimal dosis paparan radiasi sebesar 50 milisievert per tahun dan tidak boleh melebihi total 100 milisievert selama lima tahun.
Penggunaan dosimeter sangat penting bagi para pekerja untuk menentukan seberapa lama mereka diperbolehkan bekerja di lingkungan dengan tingkat radiasi nuklir membahayakan.
Bekerja di lingkungan yang sangat tinggi tingkat radiasinya akan semakin cepat menghabiskan kuota (tingkat paparan radiasi maksimal) bekerja seseorang.
Modus kecurangan seperti yang terungkap tersebut membuat banyak pihak khawatir dengan tingkat keamanan para pekerja. Padahal, untuk mengatasi kerusakan yang telah terjadi di PLTN itu, penanganannya membutuhkan waktu sedikitnya 40 tahun.
Waktu empat dekade itu diperlukan untuk menonaktifkan keempat reaktor nuklir di PLTN Fukushima Daiichi.
Tiga reaktor diketahui menderita kerusakan parah dengan masing-masing inti reaktornya telah meleleh.
Sementara di dalam satu reaktor lain diketahui masih ada kolam penyimpan bahan bakar sisa di dalam bangunan yang hancur akibat gempa dan tsunami.
Sejak bulan Maret, pihak subkontraktor mempekerjakan orang untuk menyekat semua pipa dan fasilitas pengolahan air, masing-masing dengan kontrak kerja empat bulan.