Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudan dan Sudan Selatan Saling Tuduh

Kompas.com - 22/07/2012, 08:07 WIB

KHARTOUM, KOMPAS.com - Saling melempar tuduhan telah meningkat antara Sudan dengan Sudan Selatan mengenai siapa yang melanggar kesepakatan gencatan senjata, saat Uni Afrika sedang berusaha membawa kedua pihak itu ke meja perundingan di Ethiopia.

Delegasi Sudan Selatan ke perundingan Addis Ababa, Jumat (20/7/2012), mengumumkan pembekuan perundingan langsung dengan Sudan di Kota Bahar Dar, Ethiopia, akibat  yang mereka sebut pengeboman militer Sudan terhadap daerah di dalam Sudan Selatan.

Namun Sudan membantah tuduhan tersebut dan balik menuduh Sudan Selatan mendukung kelompok pemberontak Darfur, Sudan barat.

Juru bicara delegasi Sudan Selatan, Atif Kiir mengatakan, "Perundingan dihentikan dalam protes terhadap terhadap pemboman oleh militer Sudan terhadap daerah di Negara Bagian Bahral-Ghazal Utara."

Sudan membantah tuduhan pemerintah Sudan Selatan bahwa militer Khartoum telah mengebom daerah di dalam Sudan Selatan.

"Tuduhan ini sama sekali tidak benar. Kami tak melakukan pemboman apa pun di daerah selatan perbatasan internasional," kata Juru Bicara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF),As- Sawarmy Khalid Saad Sabtu, kepada Xinhua.

"Tuduhan ini memiliki dimensi politik. Sudan Selatan mungkin ingin menghentikan perundingan yang berlangsung saat ini di Ethiopia," ia menambahkan.

Ia menyatakan militer Sudan siap bekerja sama dengan komite pemantau yang dibentuk oleh Uni Afrika (AU) guna mengabsahkan tuduhan semacam itu, dan mengatakan, "Ada komite pemantau dan penerima keluhan dan kami siap bekerjasama dengan mereka."

Banyak pengulas politik Sudan percaya pembekuan perundingan langsung tersebut menandai awal ambruknya babak perundingan saat ini, yang dipimpin oleh pemimpin Uni Afrika bagi Panel Pelaksana Tingkat-Tinggi Sudan (AUHIP, Thabo Mebki.

"Tak mudah untuk membujuk kedua pihak agar terlibat dalam perundingan langsung dan oleh karena itu, pembekuan perundingan langsung berarti kembali ke titik nol," kata Mussa Awad, pengulas politik Sudan, kepada Xinhua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com