Sofia, Jumat -
Hingga 48 jam setelah pengeboman itu terjadi, polisi belum berhasil mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri itu. Para penyelidik sudah mengambil sidik jari tersangka pelaku, dan berupaya mencocokkan DNA-nya.
Seorang jaksa Bulgaria, Kalina Tchapkanova, yang dikutip televisi Bulgaria, bTV, mengungkapkan, sehari sebelum kejadian, tersangka berada di Pomerie, kota kecil di pinggir pantai yang terletak di kawasan Ravda, sekitar 20 kilometer dari Borgas. Lelaki itu berupaya menyewa sebuah mobil, tetapi ditolak karena keabsahan surat izin mengemudi (SIM) miliknya diragukan.
Dalam pemeriksaan di lokasi kejadian, lelaki itu membawa SIM palsu dari Negara Bagian Michigan di AS.
Kalina mengungkapkan, tersangka dilaporkan berbicara dalam bahasa Inggris dengan logat Timur Tengah. ”Kami juga telah mewawancarai sopir taksi yang membawanya ke bandara Borgas pada sore harinya,” kata Kalina.
Polisi saat ini memusatkan penyelidikan di komunitas warga Lebanon yang tinggal di Bulgaria untuk mencari kemungkinan keterlibatan Hezbollah, kelompok garis keras di Lebanon, dalam aksi bom bunuh diri itu.
Sebelumnya, Pemerintah Israel telah menuduh Hezbollah, yang selalu mendapat dukungan dari Iran, terlibat dalam pengeboman ini. Harian The New York Times di AS, Kamis, mengutip seorang pejabat senior AS yang mengatakan, pelaku pengeboman itu adalah anggota sel Hezbollah yang mendapat perintah dari Iran.
Teheran menolak tegas semua tudingan ini.
Sementara itu, jenazah para turis korban pengeboman itu tiba di bandara Ben Gurion di Tel Aviv, Israel, Jumat pagi. Para korban adalah seorang perempuan yang sedang hamil bernama Kochava Shriki (44) dan empat orang berusia 20 tahun, yakni Yitzhik Kolengi, Amir Menashe, Elior Priess, dan Maor Harush.(AFP/AP/Reuters/sha)