Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Suriah Mulai Kehilangan Kendali

Kompas.com - 19/07/2012, 10:46 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com — Gedung Putih menilai pembunuhan tiga tokoh kunci pertahanan dan keamanan Suriah menunjukkan Presiden Bashar al-Assad mulai kehilangan kendali atas negerinya.

"Saya kira insiden ini menunjukkan Assad mulai kehilangan kendali," kata juru bicara Gedung Putih Jay Carner kepada wartawan. "Dan, seluruh mitra internasional kini harus bersama-sama mendukung terjadinya sebuah transisi," tambah Carner.

Ipar presiden, menteri pertahanan, dan kepala tim krisis Assad tewas dalam serangan bom bunuh diri saat tengah menggelar rapat di markas besar keamanan negara.

Kelompok oposisi mengklaim bom sudah dipasang di lokasi sehari sebelum pertemuan itu berlangsung. Ini menunjukkan tanda-tanda keruntuhan pemerintahan Assad.

Sementara itu, Angkatan Bersenjata Suriah bersumpah akan menyingkirkan dan membasmi kelompok "kriminal dan geng pembunuh" dari negeri itu.

Serangan bom itu merupakan puncak dari pertempuran antara pemberontak dan pasukan pemerintah yang terjadi di sekitar Damaskus dalam beberapa hari terahir ini.

Selain menewaskan tiga tokoh kunci Suriah, ledakan itu juga mengakibatkan dua pejabat senior Menteri Dalam Negeri Ibrahim al-Shaar dan Kepala Biro Keamanan Nasional Hisham Ikhtar terluka.

Hezbollah kutuk serangan

Pertempuran antara pemerintah dan pemberontak sudah mulai memasuki Damaskus. Sementara di Lebanon, pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah mengutuk serangan bom yang disebutnya sebagai sebuah pembunuhan terencana.

"Kami akan merindukan mereka dan kami menyatakan belasungkawa untuk pemimpin Suriah dan angkatan bersenjata Suriah," kata Nasrallah.

Sedangkan Raja Jordania mengatakan, serangan bom itu adalah sebuah pukulan telak untuk Presiden Assad.

Serangan bom ini memaksa Dewan Keamanan PBB menunda pemungutan suara terkait resolusi untuk penjatuhan sanksi lebih keras terhadap Damaskus.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan, DK PBB harus menanggung tanggung jawab dan segera melakukan langkah yang efektif.  "Waktu adalah segalanya. Rakyat Suriah sudah menderita terlalu lama. Pertumpahan darah harus dihentikan sekarang," ujar Ban.

Masa tugas pasukan pengamat PBB akan habis pada Jumat (20/7/2012). Tetapi, Rusia tetap menentang sanksi lebih keras bagi Suriah.

Dalam pembicaraan telepon, Presiden Barack Obama dan Presiden Vladimir Putin tak kunjung menemukan kata sepakat terkait cara penyelesaian kekerasan di Suriah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com