Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pukulan Besar bagi Assad

Kompas.com - 19/07/2012, 03:09 WIB

Damaskus, Rabu - Presiden Suriah Bashar al-Assad menderita pukulan terbesar dalam gelombang revolusi yang telah berlangsung 16 bulan setelah kehilangan para pembantu terdekat dalam serangan bom, Rabu (18/7). Pihak oposisi menyebut serangan itu sebagai ”awal dari akhir rezim Assad”.

Bom meledak di salah satu ruang rapat yang sedang digunakan untuk pertemuan para pejabat tinggi Suriah di bidang keamanan di Markas Besar Biro Keamanan Nasional Suriah di Damaskus, Rabu pagi. Serangan terjadi di Distrik Rawda di pusat Damaskus yang dijaga ketat.

Hingga pukul 22.30 WIB, tiga pejabat tinggi Suriah dinyatakan tewas dalam serangan tersebut. Mereka adalah Menteri Pertahanan Jenderal Dawoud Rajha; Deputi Menteri Pertahanan Jenderal Assef Shawkat, yang juga kakak ipar Presiden Assad; dan mantan Menteri Pertahanan yang kini mengepalai unit penanganan krisis Suriah, Jenderal Hassan Turkmani.

Sementara dua pejabat tinggi lainnya, yakni Menteri Dalam Negeri Letnan Jenderal Mohammad Ibrahim al-Shaar dan Kepala Biro Keamanan Nasional Letnan Jenderal Hisham Ikhtyar, terluka dalam serangan itu.

Pemerintah Suriah menyebut serangan tersebut adalah serangan bom bunuh diri dari para ”teroris”. Pelakunya adalah seorang personel tim pengawal lingkaran terdekat Assad.

Namun, pihak pasukan oposisi, Tentara Pembebasan Suriah (FSA)—yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu— membantah serangan tersebut melibatkan bom bunuh diri. Panglima FSA Kolonel Riad al-Asaad mengatakan, tim penyerang meletakkan bom di dalam ruang rapat tersebut, kemudian meledakkan bom dengan kendali jarak jauh. Asaad mengatakan, semua anggota tim dalam keadaan selamat.

Sebuah kelompok oposisi yang menamakan diri Liwa al-Islam (Brigade Islam) juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Tewasnya tokoh-tokoh penting militer Suriah ini, yang terjadi setelah pembelotan beberapa perwira tingginya ke pihak oposisi, memicu spekulasi ”titik balik” menentukan dalam konflik internal yang telah berlangsung 16 bulan. Kolonel Riad al-Asaad bahkan menyebut serangan di Damaskus itu menandai ”awal dari akhir rezim (Assad)”.

Menurut kantor berita resmi Suriah, SANA, Presiden Assad langsung menunjuk Jenderal Fahd Jassem al-Freij sebagai menteri pertahanan yang baru sekaligus Deputi Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Suriah.

Sesaat setelah penunjukan itu, komando tertinggi Angkatan Bersenjata Suriah mengeluarkan pernyataan bahwa ”serangan teroris pengecut” itu akan memperkuat tekad tentara untuk memberantas kelompok-kelompok teroris bersenjata dari seluruh Suriah. ”Siapa pun yang berpikir bahwa dengan menyerang sebagian pemimpin itu mereka bisa melemahkan Suriah adalah orang-orang yang sedang tertipu khayalannya sendiri,” demikian pernyataan itu.

Pertempuran meningkat

Sebaliknya, serangan tersebut juga memompa semangat pihak oposisi. Video amatir yang ditayangkan CNN menunjukkan, warga di pinggiran Damaskus bersorak-sorak gembira merayakan pengeboman tersebut.

Intensitas pertempuran antara tentara pemerintah dan pasukan oposisi di beberapa bagian Damaskus langsung menguat setelah kabar pengeboman itu tersebar luas. Saksi mata melaporkan, tentara pemerintah dan milisi prorezim membanjiri kawasan Midan dan Qaboun di Damaskus, yang menjadi pusat pertempuran sengit selama empat hari terakhir.

Tentara pemerintah bahkan dilaporkan mengerahkan helikopter serbu untuk menyerang ke posisi-posisi pasukan oposisi. SANA menyebutkan, tentara telah membunuh dan menangkap banyak ”teroris” yang telah masuk ke wilayah Midan.

Selain ledakan di pusat kota Damaskus, para saksi mata juga melaporkan mendengar lima ledakan lain di dekat markas Divisi Lapis Baja Keempat Angkatan Darat Suriah, terletak di Distrik Muhajireen, di bagian barat laut Damaskus. Divisi tersebut berada di bawah komando adik Presiden Assad, Maher al-Assad.

Stasiun televisi Al Jazeera mengutip pernyataan juru bicara FSA, Qassim Saadedine, Selasa, yang menyatakan, kemenangan pasukan oposisi untuk ”membebaskan” Damaskus telah dekat. ”Kami telah memindahkan pertempuran dari provinsi-provinsi ke ibu kota Damaskus. Kami punya rencana jelas untuk mengendalikan seluruh Damaskus.. Kami cuma mempunyai senjata ringan, tetapi itu cukup,” ujar Saadedine.

Tak terkendali

Dalam pernyataan bersama di Pentagon, Amerika Serikat, Menteri Pertahanan AS Leon Panetta dan Menteri Pertahanan Inggris Philip Hammond khawatir eskalasi kekerasan di Suriah akan makin tak terkendali setelah serangan bom di Damaskus itu.

Hammond mengatakan, semangat pihak oposisi semakin besar setelah serangan tersebut. Sementara Panetta khawatir situasi di Suriah semakin tak terkendali dan korban jiwa akan terus bertambah.

Kedua menteri pertahanan itu juga memperingatkan Assad agar tidak menggunakan senjata kimia seperti yang dikhawatirkan sebelumnya. Dalam wawancara dengan BBC, Senin lalu, mantan Duta Besar Suriah untuk Irak yang kemudian membelot, Nawaf Fares, mengatakan, Assad tak akan ragu-ragu menggunakan senjata kimia saat ia dalam kondisi makin terdesak.

”Kami tak akan menoleransi penggunaan atau proliferasi senjata kimia,” kata Hammond.

Serangan di Damaskus ini terjadi saat para anggota Dewan Keamanan PBB di New York hendak melakukan pemungutan suara terkait resolusi terbaru bagi Suriah. Rusia sudah mengancam akan menggunakan hak vetonya lagi apabila resolusi tersebut memuat ancaman sanksi.

Utusan khusus PBB dan Liga Arab dalam masalah Suriah, Kofi Annan, meminta agar pemungutan suara itu ditunda. Annan, yang baru saja berkunjung ke Moskwa, mengaku yakin Rusia akan bersedia berkompromi.(AP/AFP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com