Dengan gelar terbaru itu, posisi Jong Un menjadi tak terbantahkan. Dia memiliki kekuasaan penuh atas militer di negeri itu, yang disebut memiliki kekuatan personel 1,2 juta orang.
Penganugerahan gelar tertinggi militer itu dilakukan Selasa (17/7), tetapi baru diumumkan, Rabu, oleh jaringan kantor berita pemerintah KCNA. Dalam pemberitaannya, KCNA menyebut seluruh rakyat Korut bersuka cita merayakan gelar tertinggi baru pemimpin mudanya itu.
Gelar baru bagi Jong Un diberikan hanya dua hari setelah pemberhentian Panglima Angkatan Bersenjata Ri Yong Ho. Ri, salah satu tangan kanan ayah Jong Un, Kim Jong Il, digeser dengan alasan kesehatan. Selain itu, juga ada promosi yang diberikan kepada Hyon Yong Cho sebagai wakil marsekal. Sosok Yong Cho relatif belum dikenal sebelumnya.
Penggantian Ri Yong Ho membuat terkejut sejumlah pengamat. Mereka juga mengaku tidak percaya dengan alasan kesehatan yang menjadi alasan resmi proses pergantian itu.
Pangkat marsekal yang kini disandang Jong Un sebelumnya juga pernah dianugerahkan kepada mendiang kakeknya, Kim Il Sung, dan kepada Kim Jong Il. Il Sung, yang juga pendiri negeri itu, dianugerahi pangkat tertinggi militer Korut itu tahun 1992, dua tahun sebelum tewas terkena serangan jantung.
Adapun Jong Il menyandang gelar marsekal secara anumerta pada Februari 2012, dua bulan setelah kematian mendadak, juga akibat serangan jantung.
”Gelar (marsekal) itu adalah satu-satunya tersisa yang bisa dianugerahkan kepada Jong Un untuk melengkapi dirinya sebagai penguasa tertinggi, baik di kalangan militer maupun partai komunis,” ujar Kim Yong-hyon, pengamat Korea Utara dari Dongguk University, Korea Selatan.
Tak lama setelah penganugerahan gelar tertinggi militer itu, Pemerintah Korsel, yang dipimpin Presiden Lee Myung-bak, menggelar pertemuan keamanan tingkat tinggi. Myung-bak memerintahkan pejabatnya memantau perkembangan situasi di Korut secara saksama.