Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Pemecatan Panglima Militer

Kompas.com - 17/07/2012, 08:43 WIB

PYONGYANG, KOMPAS.com — Pemecatan Ri Yong Ho, panglima angkatan bersenjata Korea Utara, Senin (16/7/2012), memicu sejumlah spekulasi tentang pergulatan kekuasaan di dalam negeri komunis yang sangat tertutup tersebut. Beberapa pengamat menilai pemecatan itu menjadi bagian dari konsolidasi kekuasaan oleh pemimpin baru Korea Utara, Kim Jong Un.

Menurut kantor berita resmi Korea Utara (Korut), Korean Central News Agency (KCNA), Ri tidak hanya diberhentikan dari posisi panglima angkatan bersenjata, tetapi juga dari seluruh jabatan politiknya. Selain menjabat sebagai Kepala Staf Jenderal Tentara Rakyat Korea, Ri juga menjabat Wakil Ketua Komisi Militer Sentral Partai Para Pekerja Korea dan anggota Presidium Politbiro partai komunis tersebut.

Semua jabatan tersebut membuat perwira tinggi militer berpangkat marsekal madya (dua tingkat di atas jenderal berbintang empat dalam jenjang kepangkatan Korut) itu menjadi salah satu dari segelintir orang yang berada pada lingkaran tertinggi kekuasaan di Korut. Ri adalah satu dari tujuh orang yang mendampingi Kim Jong Un berjalan mengiringi mobil jenazah Kim Jong Il saat mendiang pemimpin Korut itu dimakamkan, Desember 2011.

Belum diketahui pasti alasan pemecatan Ri. KCNA hanya menyebutkan, Ri diberhentikan dalam rapat Politbiro Komite Sentral Partai Para Pekerja Korea, Minggu (15/7/2012), karena Ri menderita ”penyakit”. Namun, hampir semua pengamat meragukan Ri diberhentikan karena alasan kesehatan.

”Kemungkinannya sangat tinggi dia dipecat bukan karena masalah kesehatan, melainkan karena memang dia disingkirkan,” kata Daniel Pinkston, pengamat Korut dari International Crisis Group.

Perebutan kekuasaan

Ri, yang berusia 69 tahun, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda sakit saat tampil di depan publik Korut akhir-akhir ini. Media Pemerintah Korut memuat foto Ri dalam keadaan sehat, 6 Juli lalu, saat berbincang- bincang dengan warga yang baru saja pindah ke kompleks perumahan baru di Pyongyang.

Ri juga terlihat mendampingi Jong Un dalam upacara peringatan kematian Kim Il Sung—pendiri Korut dan kakek Jong Un—pada 8 Juli.

Ketidakjelasan alasan pemberhentian Ri ini memicu sejumlah spekulasi dan membuat rival utama Korut, Korea Selatan (Korsel), memantau perkembangan situasi secara saksama. Juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel, Kim Hyung-suk, menyebut pengumuman mendadak pemecatan Ri ini sebagai sesuatu yang ”sangat tidak biasa” dan Seoul akan terus memantau apa yang akan terjadi selanjutnya di Korut.

Beberapa pengamat menduga pemberhentian Ri ini terkait erat dengan pergulatan perebutan kekuasaan politik di Korut.

Koh Yu-hwan, profesor studi Korea Utara dari Universitas Dongguk di Seoul, mengatakan, Ri diduga kalah bersaing dengan Choe Ryong Hae, perwira tinggi militer lain yang kariernya menanjak pesat. Menurut Kim, Choe kemungkinan besar akan diangkat menggantikan Ri.

Sementara itu, Hong Hyun-ik, pengamat Korut dari lembaga pemikiran Sejong Institute di Seoul, berpendapat, pemberhentian Ri sebagai bagian dari proses regenerasi di militer Korut. Hong menduga akan ada lebih banyak lagi perwira militer berusia lanjut yang akan diberhentikan dalam beberapa minggu mendatang.

Peneliti lain dari Sejong Institute, Paik Hak-soon, menduga pemecatan Ri ini terkait dengan keinginan Jong Un memperkuat kendali partai atas militer yang terus tumbuh makin kuat.

”Jong Un akan memastikan partai akan terus mengawasi militer yang tumbuh terlalu besar, sebuah usaha yang telah dirintis ayahnya pada akhir 2010,” kata Paik, yang menduga Ri akan diganti seseorang yang lebih muda dan lebih mudah dikendalikan partai.

Kabar pemecatan Ri ini adalah kejutan kedua dari Jong Un dalam dua pekan terakhir setelah pekan lalu ia membuat dunia heboh dengan tampil di depan publik bersama seorang perempuan misterius. Perempuan cantik tersebut diduga istri Jong Un.

Jong Un mewarisi posisi puncak di Korut setelah ayahnya, Kim Jong Il, meninggal dunia tahun lalu. (AP/Reuters/AFP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com