Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semalam di Tepi Pantai Tripoli

Kompas.com - 16/07/2012, 07:46 WIB

KOMPAS.com - Malam itu, 10 Juli 2012, angin bertiup semilir di pantai Tripoli yang indah. Tiga anak laki-laki sibuk bermain sepatu roda tanpa peduli lingkungan di sekitarnya. Mereka tertawa kegirangan sambil meliukkan tubuh mereka di atas sepatu roda. Mereka mungkin juga belum mengerti sepenuhnya, apa yang sedang terjadi di negeri mereka saat ini.

Tiga anak itu, Jaber (12), Ali (13), dan Ayub (11), seperti anak-anak seusia sedang menikmati dunia bermain. Mereka tak terpengaruh dengan hiruk pikuk politik, dampak dari revolusi Libya. Mereka juga tak ambil pusing dengan dan pemilihan Majelis Nasional, atau parlemen, akhir pekan sebelumnya.

Di sini, di tepi pantai Tripoli, yang dirasakan hanyalah kegembiraan dan hiburan. Padahal, pantai Tripoli terletak berdampingan dengan Alun-alun Syuhada. Bahkan, sebagian warga Tripoli menyebut pantai itu bagian dari Alun-alun Syuhada.

Pantai Tripoli dan Alun-alun Syuhada sudah menjadi tempat rekreasi warga sejak era kolonial Italia. Di area itu, terdapat tempat-tempat strategis, seperti museum nasional Libya, serta Jalan Omar Mukhtar dan Jalan 1 September, pusat bisnis di Tripoli. Pada masa tersebut, area itu dinamakan Piazza Italia.

Di tepi pantai Tripoli itu, warga Libya dalam semua usia bersantai dan menghilangkan penat akibat pekerjaan sehari- hari sambil menikmati angin laut Mediterania yang sejuk. Ratusan dan mungkin ribuan warga Libya, seperti Jaber, Ali, dan Ayub, yang mencari hiburan di sepanjang pantai Tripoli.

Di ujung lain pantai Tripoli, Sanad (8) juga asyik hilir mudik dengan sepatu roda. Sanad mengaku kerap bermain ke pantai Tripoli bersama ayah dan ibunya. Sang ibu, yang berdiri dekat Sanad, mengungkapkan, mereka pergi ke pantai untuk mencari angin semilir di tengah musim panas di Tripoli.

Terbuka

Tepi pantai Tripoli pun menjadi area terbuka bagi warga Libya. Semakin malam, semakin ramai suasana di pantai. Kehidupan di pantai Tripoli memang dimulai petang hari hingga tengah malam. Biasanya warga datang dalam satu keluarga, ayah, ibu, dan anak-anak mereka.

Di pantai ini, pengunjung menjalankan sejumlah aktivitas. Ada yang bermain layangan atau beradu kecepatan dengan sepeda motor. Ada juga yang sekadar duduk-duduk menikmati pemandangan. Sebagian lain memilih menikmati minuman dan makanan kecil di kafe-kafe yang tersebar di sepanjang tepi pantai.

Tampak pula warga yang berolahraga dan joging menyelusuri pantai. Kadang terlihat pula, warga membawa mobil hingga ke bibir pantai.

Seperti halnya tempat rekreasi, sepanjang tepi pantai bertaburan pedagang asongan dan kafe yang mengail rezeki dari keramaian. Ada pedagang asongan yang hanya menjual rokok, kebab, dan mainan anak- anak.

Ada juga yang menyediakan jasa kereta kuda untuk berkeliling pantai dan Alun-alun Syuhada. Pemilik kereta kuda, Salem (25), mengungkapkan, sedikitnya lima hingga sepuluh keluarga menyewa kereta kudanya setiap hari.

”Saya mengenakan biaya hanya 5 dinar (Rp 36.000) satu keliling pantai dan Alun-alun Syuhada dengan kereta ini,” ujar Salem, menunjuk kereta kudanya. Pekerjaan menyewakan kereta kuda itu diwarisi dari kakek dan ayahnya. ”Alhamdulillah, rezeki saya dari kereta kuda ini,” kata Salem.

Di salah satu sisi pantai, Mohamed (45) sibuk melayani pengunjung kafe Dody miliknya. ”Alhamdulillah, kafe ini selalu ramai dikunjungi pembeli, termasuk Anda yang sekarang berkunjung ke sini,” kata Mohamed tentang kedai minumnya yang buka pukul 12.00-24.00.

Kafe menjadi pilihan pengunjung untuk nongkrong. Hampir semua kafe dijejali pengunjung. Apalagi, biasanya diputarkan lagu-lagu pop Arab yang dinyanyikan penyanyi top Arab, seperti Amr Diab (Mesir), Cheb Khaled (Aljazair), dan beberapa penyanyi Lebanon. Di tengah ketidakpastian politik di negeri itu, beruntung warga masih punya tempat untuk melepas penat. (Musthafa Abd Rahman, dari Tripoli, Libya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com