Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjajah Itu Memang Kejam, tetapi...

Kompas.com - 09/07/2012, 01:49 WIB

Suasana kompleks Kantor Wakil Presiden, Sabtu (7/7) malam, sama sekali berbeda dari hari-hari biasanya. Pada hari biasa, tidak banyak orang yang boleh masuk ke kompleks Kantor Wakil Presiden/Sekretariat Wakil Presiden. Namun pada hari itu, ribuan orang dari berbagai kalangan, mulai dari menteri hingga warga biasa yang tinggal di sekitar Kantor Wapres, memenuhi area parkir kompleks Kantor Wapres. Minuman bajigur panas, lengkap dengan jagung rebus dan pisang rebus, tersaji gratis. Siapa pun boleh mengambilnya, entah itu sopir bajaj ataupun wakil menteri.

Malam itu, hajatan besar sedang digelar Kantor Wakil Presiden (Wapres). Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk diadakan setelah sekian lama direncanakan. Lakon yang disajikan berjudul Pandawa Boyong. Entah kebetulan atau tidak, tidak lama lagi Kantor Wapres memang bakal ”boyongan” alias pindah ke kompleks dekat Istana Merdeka.

Bagi Boediono, arti penting lakon Pandawa Boyong justru terletak pada inti ceritanya, yakni pembangunan kembali Astina setelah Bharatayuda.

”Pandawa dua kali membangun negara. Pertama, mereka membangun negara di awal sekali cerita Bharatayuda. Nah, pada pembanguan yang kedua ini (Pandawa Boyong), mereka membangun negara untuk generasi mendatang,” ujar Boediono sebelum perhelatan wayang kulit untuk pertama kalinya di Istana Wapres tersebut dimulai.

Setelah Boediono menyerahkan wayang kulit tokoh Bima kepada dalang Ki Cahyo Kuntadi, pertunjukan dimulai sekitar pukul 20.30. Tiga layar proyektor dipasang untuk membantu ribuan penonton menikmati pertunjukan wayang kulit tersebut.

Boediono, didampingi Ny Herawati Boediono, duduk paling depan. Ada Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto yang juga duduk di deretan kursi paling depan.

Pertunjukan wayang kulit tersebut dimeriahkan dua sinden dari luar negeri, yakni Agnes Serfozo (Hongaria) serta Hiromi Kano (Jepang). Kehadiran Kirun, lengkap dengan lelucon khasnya, membuat suasana penuh tawa saat jeda pertunjukan, sekitar pukul 22.30.

”Matur nuwun, Pak Wapres. Iki nggo sangu poso (Terima kasih, Pak Wapres. Ini untuk bekal di bulan puasa),” kata Kirun mengomentari penampilan dirinya di Istana Wapres. Semua penonton pun tertawa terbahak-bahak, termasuk Boediono dan istrinya.

Kirun lantas melakukan tanya jawab dengan Agnes Serfozo. Ia kaget karena Agnes memiliki suami orang Jawa. ”Dahulu, londo menjajah Jawa. Kok, sekarang, malah Jawa menjajah londo,” ujar Kirun.

Agnes mengatakan bahwa ungkapan jajah-menjajah sekarang tidak relevan lagi.

”Menjajah itu pancen kejem (menjajah itu memang kejam), tetapi menjojoh itu kepenak (menusuk-nusuk itu enak),” ujar Agnes.

Semua penonton, baik yang duduk lesehan di depan Masjid Setwapres maupun yang duduk di kursi, tertawa terpingkal-pingkal mendengar ungkapan Agnes. Aroma jagung rebus dan pisang rebus yang berpadu dengan bajigur panas membuat suasana tambah semarak.

(A Tomy Trinugroho)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com