Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyonya Mursi Pilih Disebut "Pelayan Rakyat"

Kompas.com - 30/06/2012, 06:16 WIB
Kistyarini

Penulis

Al-Gharf mengatakan, yang membedakan Nyonya Mursi dengan Nyonya Mubarak adalah "dia salah satu dari kami" dan mengalami masalah seperti banyak orang lain di Mesir.

"Dia perempuan Mesir sejati. Dia mendampingi suaminya dengan penuh pengabdian. Sebagai pengikut Ikhwanul Muslimin, kami tidak ingin memiliki ibu negara untuk Mesir. Kami hanya menginginkan istri yang mendampingi suami, tapi mengetahui batasannya," papar al-Gharf.

Keluarga biasa

Naglaa menikah dengan Mursi ketika usianya baru 17 tahun. Dalam wawancara dengan majalah perempuan Nos al-Donia, Naglaa mengaku cincin kawin dan maharnya "sederhana".

"Kondisi keuangan tidak menjadi perhatian saya.... Yang membuat saya tertarik (pada Mursi) adalah perasaan bahwa dia orang yang bertanggung jawab yang akan melindungi saya," katanya tentang sang suami. "Yang penting bagi saya, ketika orangtua saya meninggal, mereka menyukainya."

Kurang dari dua tahun setelah pernikahan itu, Naglaa mendampingi suaminya di Los Angeles, Amerika Serikat, untuk menjalani pendidikan doktoral bidang teknik di University of Southern California. Dua dari lima anak mereka—terdiri dari empat laki-laki dan satu anak perempuan—lahir di Amerika.

Saat tinggal di California, Naglaa bekerja sebagai penerjemah dari bahasa Arab ke bahasa Inggris untuk warga muslim Amerika. Pasangan muda itu kemudian terlibat dalam berbagai proyek amal. Saat itulah mereka bergabung dalam gerakan fundamentalis Ikhwanul Muslimin.

Bertahun-tahun kemudian di Mesir, ketika Mursi ditahan selama delapan bulan pada 2008 karena aktivitasnya di Ikhwanul Muslimin, yang waktu itu dilarang pemerintah, Naglaa merasakan "kedamaian hati" meskipun suaminya adalah tulang punggung keluarga.

Berulang kali, katanya kepada Nos al-Donia, rumahnya digerebek dan anak-anak lelakinya diinterogasi lalu ditahan. Sebelum salah satu anaknya ditangkap, Naglaa berpesan kepadanya untuk menggunakan waktu di penjara untuk kembali mempelajari Al Quran. Naglaa meminta putranya menganggap penahanan itu bersifat politis dan harus bangga karenanya.

"Ini kehidupan dan pengorbanan yang harus kita lalui dan kita akan melanjutkannya sampai kita merasakan martabat pada tanah yang baik ini," begitu pesannya kepada sang putra.

Dalam wawancara yang sama, Naglaa menggambarkan keluarganya seperti keluarga pada umumnya. Mereka nonton film di rumah atau berlibur di pantai-pantai Mesir. Dua anaknya hingga kini masih tinggal di Amerika Serikat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com