Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditembak Tanpa Peringatan

Kompas.com - 25/06/2012, 02:42 WIB

Istanbul, Minggu - Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu, Minggu (24/6), menegaskan, militer Suriah menembak jatuh pesawat jet tempur Turki tanpa peringatan. Suriah juga dinilai mencoba menyebarluaskan ”disinformasi” terkait kejadian sebenarnya.

Menurut Ahmet, Suriah menciptakan kesan jet tempur Turki masuk ke wilayah Suriah untuk melakukan agresi militer atau misi mata-mata sehingga pantas ditembak jatuh.

Insiden penembakan pesawat tempur F-4 itu terjadi Jumat lalu. Turki mengklaim, saat ditembak pesawat yang tak dipersenjatai itu berada di wilayah udara internasional, sekitar 13 mil laut dari wilayah Suriah, setelah sebelumnya diakui secara tak sengaja masuk ke wilayah negeri bergejolak itu.

”Pilot telah mengidentifikasi diri dan status pesawatnya. Pilot sama sekali tidak menunjukkan gelagat permusuhan. Seharusnya mereka (Suriah) bisa mengirim peringatan terlebih dahulu. Kalau tidak dihiraukan, mereka bisa mengejar dan mengganggu pesawat kami sebagai peringatan kuat. Jika tidak diindahkan juga, mereka bisa memaksa pesawat mendarat,” ujar Ahmet.

Semua itu tak akan sempat dilakukan jika pesawat tempur Turki telanjur masuk wilayah udara Suriah. Akan tetapi, Ahmet memastikan, sebelum tertembak jatuh, pesawat tempur Turki sudah kembali berada di wilayah udara internasional. Menurut Ahmet, pesawat itu tengah menjalankan misi uji coba sistem radar nasional.

Reruntuhan pesawat dikabarkan telah ditemukan, sekitar 10 kilometer dari pantai kota Um Al-Tuyoor. Sejumlah kapal cepat dan helikopter Turki dikerahkan mencari dua awak pesawat tempur tersebut.

Kecaman

Turki, yang merupakan negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), meminta organisasi itu menggelar pertemuan dan mengecam Suriah.

”Tak seorang pun bisa mencoba menguji kemampuan militer Turki. Tak seorang pun dapat mengancam keamanan kami. Kami akan bertindak tegas dan menyelesaikan masalah ini sesuai hukum internasional demi kehormatan Turki,” kata Ahmet.

NATO diperkirakan menggelar pertemuan itu Selasa mendatang. Menurut juru bicara NATO, Oana Lungescu, berdasarkan ayat ke-4 traktat pendirian NATO, setiap anggota bisa meminta pertemuan konsultasi jika merasa terancam keamanan, integritas teritorial, atau kebebasan politiknya. ”Kami berharap mereka bisa memaparkan insiden terakhir itu,” ujar Oana.

Dalam kesempatan terpisah, Menlu Inggris William Hague memperingatkan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk tidak salah berpikir dan mengira kalau perbuatan mereka selama ini akan mendapat pengampunan.

Inggris lewat Dewan Keamanan PBB akan ”mengejar” rezim Assad untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Hague juga menegaskan dukungan Inggris pada utusan damai PBB-Liga Arab, Kofi Annan.

PBB

Akhir pekan lalu, Menlu Ahmet Davutoglu telah berbicara dengan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon serta menlu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia, Iran, dan juga Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton.

Ban Ki-moon menyampaikan duka cita dan keprihatinannya terkait insiden itu. Dia juga mengaku khawatir dengan implikasi insiden itu, yang bisa berdampak serius di kawasan.

Selain mengucapkan belasungkawa terhadap keluarga para pilot, Ban juga menyambut baik sikap Turki yang mencoba menahan diri. Dia juga meminta Turki dan Suriah bersama-sama menggelar upaya pencarian dan evakuasi kedua awak pesawat, serta menuntaskan persoalan lewat jalur diplomasi.(AFP/CNN/BBC/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com