Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Tewas oleh Bajak Laut Meningkat

Kompas.com - 23/06/2012, 09:43 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Perompak Somalia yang membajak kapal-kapal di Lautan India bertanggung jawab atas kematian sedikitnya 35 sandera pada 2011, demikian sebuah laporan badan maritim yang berpusat di AS, Jumat (22/6/2012).

Jumlah orang yang ditahan perompak turun menjadi sedikitnya 555 pada 2011 dari 645 pada 2010, kata laporan itu, yang dikeluarkan oleh Biro Maritim Internasional dan Masa Depan Satu Bumi.

Menurut laporan itu, delapan orang dibunuh perompak saat ditangkap atau dieksekusi selama penyekapan. Sementara itu, delapan orang lagi tewas akibat kekurangan gizi atau penyakit. Yang lain tewas selama upaya penyelamatan oleh militer atau ketika berusaha melarikan diri.

Meski data kuat pada tahun-tahun sebelumnya terbatas, kematian 35 sandera itu dianggap sebagai jumlah yang paling tinggi sejauh ini terkait kasus perompakan dalam waktu satu tahun.

"Memang angka ini cuma perkiraan kasar," kata manajer proyek Kaija Hurlburt kepada Reuters. "Banyak dari kapal-kapal yang disandera perompak adalah kapal tradisional yang tidak pernah dilaporkan. Kapal-kapal itu biasanya membawa 12 hingga 20 orang setiap kali berlayar."

Laporan itu mengatakan, sedikitnya 149 orang disandera selama lebih dari setahun, dan 26 orang ditahan lebih dari dua tahun. Banyak dari mereka yang dibebaskan mengaku disiksa, seperti dipukuli, kuku dicabut, atau dibuang ke laut.

Lebih dari 40 persen dari mereka menyatakan bahwa pada tahapan tertentu mereka digunakan sebagai tameng manusia, terutama ketika perompak menggunakan kapal bajakan sebagai kapal induk untuk melancarkan serangan-serangan baru. Sebagian besar sandera berasal dari negara-negara berkembang, seperti Filipina, India, dan China, serta negara-negara Teluk dan Afrika.

Jumlah kematian di pihak perompak juga hampir pasti meningkat, dan laporan-laporan menyebutkan bahwa sedikitnya 111 orang tewas pada 2011, sekitar 70 persen dalam bentrokan dengan pasukan angkatan laut.

Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.

Menurut Ecoterra International, organisasi yang mengawasi kegiatan maritim di kawasan itu, lebih dari 40 kapal asing dan lebih dari 500 pelaut hingga kini masih ditahan oleh perompak.

Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, tetapi serangan masih terus berlangsung.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.

Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan—termasuk 68 pembajakan yang berhasil—dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dollar AS.

Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dollar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.

Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, tetapi kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut seorang menteri Puntland.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com