Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Tuduh Haqqani Dalangi Serangan Hotel

Kompas.com - 23/06/2012, 08:15 WIB

KABUL, KOMPAS.com — Panglima AS yang memimpin pasukan NATO di Afganistan, Jumat (22/6/2012), menuduh jaringan Haqqani yang bermarkas di Pakistan mendalangi pendudukan 12 jam terhadap sebuah hotel tepi danau di Kabul yang menewaskan 18 orang.

Jenderal John Allen menuduh jaringan yang terkait Al Qaeda itu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan beberapa pekan setelah Menteri Pertahanan AS Leon Panetta menyatakan Washington kehilangan kesabaran dengan Pakistan karena penolakannya menghancurkan tempat-tempat persembunyian gerilyawan.

Kelompok Haqqani, yang diyakini berpangkalan di kawasan suku Waziristan Utara, Pakistan, dituduh bertanggung jawab atas sejumlah serangan paling mematikan di Afganistan dalam perang 10 tahun di negara itu.

"Sumber-sumber militer koalisi dan pasukan keamanan nasional Afganistan mengakui bahwa serangan ini memiliki ciri-ciri jaringan Haqqani, yang terus menyerang dan membunuh warga Afganistan yang tidak berdosa dan terang-terangan melanggar kedaulatan Afganistan dari tempat aman mereka di Pakistan," kata Allen.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mengonfirmasi bahwa prajurit koalisi dan pasukan keamanan Afganistan membalas serangan itu.

Namun, Allen menekankan peranan pasukan Afganistan dan berusaha menepis kekhawatiran mengenai kemampuan pasukan dan polisi lokal setelah pasukan tempur NATO ditarik dari negara itu pada 2014.

Allen mengatakan, ia "sangat terkesan" pada kemampuan Afganistan dalam merespons serangan itu.

Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah bersepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014. Namun, Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afganistan.

Pada Oktober, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afganistan.

Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.

Konflik meningkat di Afganistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Jumlah warga sipil yang tewas meningkat secara tetap dalam lima tahun terakhir, dan pada 2011 jumlah kematian sipil mencapai 3.021, menurut data PBB.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afganistan pada 2010, yang menjadikan kurun waktu itu sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afganistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afganistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom rakitan yang diletakkan di pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afganistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut. Bom rakitan kaum militan telah mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afganistan, menurut militer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com