JAKARTA, KOMPAS.com - Langkah lembaga pemeringkat Moody's menurunkan peringkat dari 15 bank global membuat para investor menjauhkan diri dari aset berisiko. Hal ini juga akan berpeluang menekan gerakan rupiah. Isyarat intervensi Bank Indonesia ke pasar pun kembali mewarnai demi mengawal kurs rupiah di tengah masih tingginya permintaan dollar AS di pasar.
Demikian analisis dari BNI unit Treasury di Jakarta, Jumat (22/6/2012). Ancaman pergerakan rupiah menembus level psikologis 9.500-an pun mengemuka di tengah antisipasi pasar jelang akhir pekan dengan memegang dollar AS. Sedangkan, bursa domestik diestimasi melanjutkan koreksinya di tengah sinyal perlambatan ekonomi terimbas rilis data manufaktur China.
Apalagi indeks bursa saham global dan regional pun terindikasi mengalami kondisi yang serupa dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Pada perdagangan Kamis (21/6/2012) rupiah ditutup menguat tipis di level Rp 9.430 per dollar AS dibandingkan dengan level pembukaan di Rp 9.440 per dollar AS setelah bergerak di kisaran Rp 9.425 - Rp 9.475 per dollar AS. Anjloknya data indeks PMI manufaktur China Bulan Juni menjadi 48,1 dari 48,4) semakin mengentalkan lambannya pertumbuhan ekonomi global hingga sempat menggiring dollar AS mencapai level lemah Rp 9.475.
Meski, langkanya aliran dana asing yang masuk ke perekonomian domestik ditengarai mendorong Bank Indonesia melakukan penjualan dollar AS hingga disinyalir membuat rupiah bertahan di level Rp 9.400-an. Moody's menurunkan peringkat 15 bank besar dunia yaitu: 1. Credit Suisse 2. Bank of America 3. Barclays 4. Citigroup 5. Goldman Sachs 6. HSBC 7. JP Morgan 8. Morgan Stanley 9. Royal Banks of Scotland 10. BNP Paribas 11. Credit Agricole 12. Royal Bank of Canada 13. UBS 14. Societe Generale 15. Deutsche Bank
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.