Ikhwanul Muslimin (IM) yang menguasai kursi parlemen kini merasa paling dirugikan oleh keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) itu. Mohammed al-Beltagi, anggota senior Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) yang merupakan sayap politik IM, menyatakan keputusan MK itu sebagai bagian dari ”kudeta militer”.
Sebagai konsekuensi dari keputusan MK tersebut, Dewan Agung Militer (SCAF) kini kembali memegang kekuasaan eksekutif dan legislatif. Demikian dilaporkan wartawan Kompas
”Keputusan ini dalam banyak hal adalah kudeta militer yang halus. Sekarang kekuasaan parlemen kembali ke tangan SCAF yang akan memiliki calon presiden (capres) mereka sendiri dan kekuasaan untuk menahan orang lagi. Kami kembali ke posisi awal,” papar pengamat politik Ibrahim al-Houdaiby.
Namun, IM coba menahan diri dengan cara berupaya mengalihkan isu keputusan MK tersebut ke pertarungan pemilihan
Dalam putaran kedua itu, capres dari IM, Muhammad Mursi, akan bertarung dengan Shafik yang dianggap sebagai bagian dari rezim lama. Kubu IM ataupun Shafik memandang pilpres putaran kedua ini sebagai pertarungan hidup mati, khususnya setelah keputusan MK itu.
IM menyatakan, rakyat Mesir kini tidak punya pilihan lain
IM menolak imbauan sejumlah tokoh publik dan kekuatan politik agar menarik Mursi dari pilpres putaran kedua. Pemimpin Tertinggi IM Muhammad Badi’, Kamis malam, menegaskan, IM akan terus bertarung dalam pilpres.
Badi’ menyerukan kepada semua pihak yang telah turut mengobarkan revolusi untuk turun memberikan suara pada pilpres dan mencegah terjadinya manipulasi dalam pemilu.
IM juga menyerukan rakyat Mesir bersatu mencegah kekuatan rezim lama kembali lagi ke tampuk kekuasaan.