KOMPAS.com - Sengketa wilayah kelautan antara Filipina dengan China belumlah usai. Belakangan, Filipina perlu memikirkan dukungan sesama negara ASEAN. Makanya, saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Myanmar U Wunna Maung Lwin di Manila, pada Jumat (15/6/2012), Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario mengemukakan soal itu.
"Kami membicarakan masalah Laut Filipina Barat, resolusi damai sengketa itu sesuai dengan hukum internasional," kata del Rosario, menggunakan nama Filipina untuk Laut China Selatan.
China dan Myanmar adalah sekutu-sekutu dekat politik dan ekonomi, menurut warta AP dan AFP.
Del Rosario mengatakan ia mengajukan satu peraturan yang beberapa negara Asia Tenggara dukung untuk mencegah konflik di laut itu tempat beberapa negara terlibat dalam klaiam yang tumpang tindih.
"Menlu Lwin mengatakan mereka memperhatikan. Kami mengharapkan mereka akan mempertimbangkannya," tambahnya.
Diskusi itu dilakukan saat kapal-kapal China dan Flipina tetap berada di Beting Scarborough, satu beting di Laut China Selatan yang mereka klaim.
Sengketa itu dimulai setelah kapal-kapal pemerintah China mencegah kapal-kapal Filipina menahan para nelayan China di beting itu April lalu.
China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, kendatipun perairannya dekat dengan pantai negara-negara tetangga. Sementara, Filipina mengatakan beting itu berada dalam zona ekonomi ekslusif 200 mil lautnya.