Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangis Dewi Laksmi bagi Perempuan India...

Kompas.com - 14/06/2012, 08:50 WIB

KOMPAS.com - Kelahiran seorang perempuan di India menurut keyakinan pemeluk Hindu adalah titisan dan kehadiran Dewi Laksmi. Dewi yang kerap digambarkan bertangan empat dan memegang bunga lotus ini merupakan dewi kemakmuran, kesuburan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan.

Dewi ini selalu mendapat tempat dan penghormatan warga India, terutama perempuan, karena menjadi sumber harapan kesejahteraan hidup. Apalagi kini perekonomian dan kemakmuran India terus bertumbuh di antara 20 negara ekonomi utama dunia, kelompok G-20. Ekonomi India bahkan menempati urutan keempat dunia dilihat dari produk domestik bruto (PDB), diukur dari kemampuan daya beli.

Namun, di negara dengan populasi penduduk sekitar 1,1 miliar jiwa itu, perempuan yang diyakini sebagai simbol kehadiran Dewi Laksmi ternyata diperlakukan buruk. Berdasarkan jajak pendapat kelompok G-20 yang dilakukan TrustLaw, India menempati posisi ke-19 di bidang perlakuan terhadap perempuan. Jajak pendapat itu melibatkan 370 pengamat dan pakar jender di dunia.

India dinilai kurang memenuhi kriteria sebagai negara tempat tinggal perempuan. Kriteria itu menyangkut kebijakan pemerintah yang mengedepankan jender, perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi, serta pelayanan kesehatan kepada perempuan.

”Di India, perempuan dan gadis remaja diperdagangkan, dinikahkan pada umur 10 tahun, dibakar hidup-hidup karena konflik mahar, mengalami pelecehan seksual, dan menjadi buruh rendahan,” kata Gulshun Rehman, penasihat program pengembangan kesehatan Save the Children, Inggris, yang turut memberikan suara.

India kalah dari negara berkembang lain, seperti Arab Saudi (posisi ke-18), Indonesia (17), Afrika Selatan (16), dan Meksiko (15). Adapun lima negara teratas yang peduli pada perempuan adalah Kanada, Jerman, Inggris, Australia, dan Perancis.

Berdasarkan data yang dihimpun lembaga dan otoritas India, selama 30 tahun terakhir sebanyak 12 juta bayi perempuan diaborsi dan 45 persen perempuan India menikah di bawah usia 18 tahun. Lembaga penanganan kriminalitas India, National Crime Record Bureau, mencatat, pada 2010 rata-rata seorang pengantin perempuan tewas setiap jam karena konflik mahar. ”Beberapa dibakar secara sengaja,” kata hakim Mahkamah Agung India, Markenday Katju.

Memang, 20 tahun terakhir, India telah membuka ruang bagi perempuan untuk tampil di depan. Dua tokoh perempuan muncul atas kebijakan itu, yaitu pemimpin Partai Kongres India Sonia Gandhi dan Presiden India Pratibha Patil. Namun, jutaan perempuan India lainnya tidak bisa hidup dan mendapat kesempatan seperti Sonia dan Pratibha. Hidup perempuan India, terutama yang terlahir miskin, selalu terancam kekerasan dan tak punya kekuatan melawan. Merekalah yang selalu membuat Dewi Laksmi menitikkan air mata.... (REUTERS/HEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com