Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembantaian Baru di Suriah, 86 Tewas

Kompas.com - 07/06/2012, 10:05 WIB

KOMPAS.com — Para aktivis kemanusiaan di Suriah mengklaim, tragedi pembantaian kembali terjadi di negeri itu, kali ini terjadi di Desa Qubair dan Maarzaf, Provinsi Hama.

Di kedua desa ini, para aktivis menyebutkan, 20 anak-anak dan 20 perempuan berada di antara 86 korban tewas, 35 orang di antaranya berasal dari satu keluarga.

Kedua desa yang terletak 20 km dari kota Hama, masih menurut para aktivis, dihujani bom oleh pasukan pemerintah yang menggunakan tank sepanjang Rabu (6/6/2012) malam waktu setempat.

Namun, sebagian besar pembunuhan di Qubair diduga dilakukan Shabiha, kelompok milisi propemerintah yang datang dari desa tetangga pendukung pemerintah.

Anggota milisi ini menembak korban dari jarak dekat dan menikam sebagian korban, termasuk perempuan dan anak-anak berusia di bawah dua tahun.

Milisi lalu memasukkan sejumlah jenazah ke rumah-rumah yang kemudian dibakar. Shabiha juga membawa pergi beberapa orang.

"Mereka mengeksekusi hampir semua orang di desa itu. Hanya sedikit yang bisa kabur. Sebagian besar dibantai menggunakan pisau dengan cara yang sangat buruk," kata seorang aktivis di Hama kepada BBC.

"Warga yang selamat tak mampu menyelamatkan korban luka karena mereka sangat miskin. Mereka adalah orang Badui yang tak memiliki fasilitas kesehatan," ujar dia.

"Sejumlah kecil warga yang berhasil kabur adalah mereka yang bisa menceritakan kepada dunia tentang kejahatan mengerikan itu," tutur sang aktivis.

Aktivis lainnya, Musab al Hammadi, kepada BBC mengatakan, pemerintahan Assad tengah memainkan kartu terakhirnya.

"Rezim Assad sedang memainkan kartu terakhirnya, yaitu dengan menyerang pedesaan," kata Al Hammadi.

Suriah tuding "teroris"

Seperti biasa, Pemerintah Suriah membantah pembantaian itu dilakukan pasukannya atau milisi propemerintah. Rezim Assad lagi-lagi menuding "kelompok teroris" menjadi dalang pembantaian ini.

Sementara itu, televisi Pemerintah Suriah mengutip sumber resmi mengatakan, pasukan keamanan menanggapi permohonan warga dan telah meluncurkan serangan ke basis teroris di Qubair.

Pemerintah Suriah mengatakan, pasukan keamanan menemukan jenazah perempuan dan anak-anak dalam keadaan terikat di desa itu.

Pemerintah menyatakan, mereka dieksekusi sekitar pukul 10.00 saat kelompok teroris bersenjata masih menguasai desa.

Dalam sebuah pernyataan di televisi pemerintah, seperti dikutip AFP, Pemerintah Suriah mengatakan, teroris melakukan kejahatan yang mengerikan.

"Laporan media massa juga berkontribusi atas pertumpahan darah di Suriah," kata pernyataan itu.

Dari Beirut, Lebanon, wartawan BBC Jim Muir melaporkan, hingga saat ini tidak ada sumber independen atau rekaman video yang bisa memastikan kejadian terbaru ini.

Muir menambahkan, kabar pembantaian Houla terkuak dengan cara yang serupa. Awalnya, aktivis kemanusiaan yang mengabarkan dan kemudian dipastikan pengamat PBB di lapangan.

Saat ini terdapat 297 anggota pengamat militer tak bersenjata di Suriah untuk memastikan rencana gencatan senjata yang diusulkan utusan PBB-Liga Arab Kofi Annan bisa diimplementasikan.

Dengan kondisi ini, orgasisasi pengamat hak asasi Suriah yang berbasis di Inggris mendesak penyelidikan atas kabar ini harus segera dilakukan.

"PBB tak bisa menunggu esok hari untuk menyelidiki kabar pembantaian baru ini," kata organisasi itu dalam pernyataan resminya.

"PBB tak boleh bersembunyi di balik alasan hanya memantau gencatan senjata sebab banyak pembantaian di Suriah yang justru terjadi saat mereka berada di sana," ungkap organisasi itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com