Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gembong Penyelundup Manusia Tinggal di Canberra

Kompas.com - 05/06/2012, 11:23 WIB
L Sastra Wijaya

Penulis

CANBERA, KOMPAS.com — Beberapa gembong penyelundup manusia yang telah membawa ratusan orang masuk ke Australia ternyata tinggal dan beroperasi di Australia dan bahkan ada yang tinggal di ibu kota Canberra.

Demikian penyelidikan yang dilakukan jaringan televisi ABC, Four Corners. Sedikitnya enam gembong penyelundup manusia ini datang sebagai pencari suaka. Mereka mendapatkan status pengungsi sebelum dilepaskan dari pusat penahanan untuk hidup di beberapa kota. Beberapa di antara mereka masih menjalankan praktik penyelundupan dari Australia.

Setelah munculnya tayangan Four Corners pada Senin (4/6/2012) malam, pemimpin oposisi Tony Abbot mengatakan, ini menunjukkan betapa tidak berdayanya pemerintah menghadapi para penyelundup manusia tersebut.

Salah seorang penyelundup tersebut, Abu Ali al Kuwaiti, juga terlibat dengan sebuah kapal yang menghilang dalam perjalanan ke Australia. November 2010, sebanyak 97 pencari suaka dari Iran, Irak, dan Afganistan menaiki sebuah kapal dari Jakarta Utara, pada hari kapal itu menghilang di tengah laut.

Menurut ABC, tidak seorang pun mengetahui nama kapal itu dan tidak ada yang melaporkan. Namun, penyelundup manusia ini masih menagih biaya penyelundupan kepada sanak keluarga mereka.

Operasi ini dijalankan oleh beberapa penyelundup yang bekerja untuk Abu Ali Al Kuwaiti yang tinggal di Indonesia dan seorang penyelundup.

Pada awal tahun 2010, Abu Ali al Kuwaiti dan gembong penyelundup lain dari Irak bertemu di Jakarta guna mendiskusikan bagaimana memperluas bisnis mereka di Australia. Mereka berencana mengirimkan para penyelundup ini ke Australia dengan kapal.

Dua sumber yang didapat Four Corners mengukuhkan bahwa dalam pertemuan itu hadir seorang penyelundup terkenal, Kapten Emad, juga dikenal sebagai Abu Khalid, yang sekarang tinggal di Canberra.

Yang lain adalah Mohammad Basrawi dan adiknya Watheq, dan Abdullah al Sharifi, yang juga dikenal dengan Abu Mishal, asal Iran.

Menurut pengungsi asal Irak, Hussain Nasir, Emad adalah gembong penyelundup manusia. "Emad adalah gembongnya. Dia kepala ular. Dia sangat pintar dan mengetahui semua teknik yang ada. Bahkan, para penyelundup top di Indonesia dan Malaysia belajar dari dia," ujar Nasir kepada ABC.

Menurut Four Corners, Emad masuk ke Australia menggunakan nama Ali al Abassi. Bulan April 2010, hanya tiga bulan setelah tiba di Australia, Emad mendapatkan visa pengungsi dan status sebagai residen.

Menurut Four Corners, Kapten Emad sekarang tinggal di Canberra dan bekerja sebagai pengumpul kereta belanja di supermarket. Istri beserta ketiga anaknya yang sudah dewasa dan pasangan mereka mendapatkan status pengungsi dan menggunakan nama berbeda dari yang mereka gunakan di Malaysia dan Indonesia.

Kapten Emad ini dilaporkan sebelumnya sudah lama tinggal di Malaysia, di mana dia memiliki bisnis menjual parfum. Sebelumnya, dia pernah menjadi kapten kapal yang membawa kargo ke sejumlah negara Asia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com