Jantung serasa berhenti berdetak dan napas tercekat saat Subhan Aksa menginjak pedal gas mobilnya memasuki tikungan pertama di lintasan Reli Dawuan, Cikampek. Berada di dalam kokpit sebagai pendamping pereli nasional yang baru jadi
Subhan membanting setir ke kanan saat memasuki tikungan ke kanan dan langsung diputar ke kiri untuk melewati tikungan berikutnya. Dua tikungan berlainan arah itu jaraknya sangat dekat sehingga Subhan memutar setirnya dengan cepat.
Di
”Semua oke?” kata Subhan sambil mengacungkan jempol kiri. Pertanyaan simpatik. Namun, dia tetap menginjak gas. Kecepatan 140 kilometer per jam.
Di lintasan tanah yang licin, Subhan sering melakukan pengereman keras karena telanjur masuk ke tikungan dalam kecepatan tinggi. Pereli berusia 26 tahun itu menggunakan kaki kirinya untuk menginjak rem dan kaki kanannya tetap di pedal gas untuk menjaga agar kecepatan putaran mesin tidak menurun.
Pada tikungan konde (
Meskipun melesat sangat cepat, terkadang miring sesuai kontur tanah saat di tikungan, serta pontang-panting ke kanan dan kiri seperti berada dalam wahana permainan kereta cepat di Dunia Fantasi, Ancol, Subhan tetap berkendara dengan tenang. Tangan kirinya cekatan memindah tuas persneling dan menarik rem tangan. Tangan kanannya tetap menggenggam erat setir.
Melihat ketenangan dan kepiawaian Subhan, napas kembali lancar dan teriakan tidak jadi keluar dari mulut. Meskipun terus mengebut dari awal sampai finis, gerak mobil terasa mantap dan rasa aman tetap terjaga.
”Dalam reli, saya mengombinasikan kecepatan dan kehati- hatian. Satu kecerobohan kecil dapat membuat kami tersingkir dari reli, seperti para pereli di Reli Acropolis,” kata Subhan, si juara nasional reli dan juara ketiga Kejuaraan Reli Pasifik 2011.
Di ajang Sprint Rally Dawuan 2012, dia juga menjadi juara pada kelas