Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, 160 Siswi Diracun di Kelas

Kompas.com - 30/05/2012, 14:31 WIB

KABUL, KOMPAS.com - Sebuah rumah sakit di Afganistan utara, Selasa (29/5), merawat sedikitnya 160 siswi sekolah setelah mereka diracun, kata seorang pejabat polisi Provinsi Takhar.

CNN yang mengutip juru bicara polisi Khalilullah Aseer, Rabu, melaporkan, ruangan kelas mereka mungkin sudah disemprot dengan bahan beracun sebelum siswi-siswi itu masuk. Polisi itu menyalahkan tindakan itu kepada kelompok Taliban.

Insiden tersebut, yang kedua dalam seminggu ini, dilaporkan terjadi di Aahan Dara Girls School di Taluqan, ibukota provinsi itu. Siswi-siswi itu, yang berusia 10 sampai 20 tahun, mengeluh sakit kepala, pusing dan muntah sebelum dibawa ke rumah sakit, kata Hafizullah Safi, direktur departemen kesehatan provinsi itu.

Setengah dari mereka boleh pulang beberapa jam setelah menjalani perawatan, kata Safi. Departemen kesehatan mengambil sampel darah mereka dan mengirimkannya ke Kabul untuk diuji lebih lanjut.

Minggu lalu, lebih dari 120 anak perempuan dan tiga guru dirawat di sebuah rumah sakit setelah dugaan keracunan serupa.

"Rakyat Afganistan tahu bahwa para teroris dan Taliban melakukan hal-hal ini untuk mengancam para anak perempuan dan menghentikan mereka pergi ke sekolah," kata Aseer pekan lalu. "Itulah yang kami dan rakyat yakini. Sekarang kami sedang menerapkan demokrasi di Afganistan dan kami ingin para anak perempuan disekolahkan, tetapi musuh-musuh pemerintah tidak menginginkan itu."

Namun pada awal pekan ini, Taliban menolak bertanggung jawab atas kejadian itu. Kelompok itu sebaliknya menyalahkan pasukan AS dan NATO yang melakukan hal itu. Menurut Taliban, tindakan tersebut dilakukan pasukan AS atau NATO untuk "mencemarkan nama baik" Taliban.

Dalam beberapa tahun terakhir sudah seringkali terjadi sejumlah siswi diracuni di sekolah. Pada April, juga di Provinsi Takhar, lebih dari 170 anak perempuan dan gadis dirawat di rumah sakit setelah minum air sumur yang tampaknya telah diracuni di sebuah sekolah. Para pejabat kesehatan setempat menyalahkan tindakan itu pada kaum ekstremis yang menentang pendidikan terhadap perempuan.

Walau hampir semua insiden itu melibatkan anak perempuan, pada awal bulan ini, hampir 400 anak laki-laki di sebuah sekolah di Provinsi Khost jatuh sakit setelah minum air sumur yang menurut seorang pejabat kesehatan mungkin telah diracuni.

Taliban baru-baru ini menuntut penutupan sekolah-sekolah di dua provinsi di Afganistan timur itu. Di Ghazni, penutupan sekolah merupakan pembalasan atas larangan pemerintah penggunaan sepeda motor karena sering digunakan kelompok perlawanan tersebut. Orang-orang di Wardak mengatakan, Taliban telah sedikit lebih lunak dan telah memungkinkan sekolah dibuka setelah ada perubahan kurikulum.

Aksi-aksi itu memperlihatkan kecemasan yang lebih luas tentang masa depan Afganistan di tengah penarikan pasukan AS dari negara itu. Para pemimpin NATO pekan lalu menandatangani strategi keluar dari Afganintan yang diusulkan Presiden AS Barack Obama, yang menyerukan diakhirinya operasi tempur tahun depan dan penarikan pasukan internasional pimpinan AS pada akhir 2014.

Selama periode kekuasaan Taliban pada 1996 sampai 2001, banyak perempuan Afganistan yang tidak diizinkan bersekolah. Sekolah-sekolah mulai dibuka lagi setelah rezim itu digulingkan oleh invasi pimpinan AS pada 2001. Namun, para pengamat mengatakan, kekerasan terhadap perempuan masih sering terjadi pada era pasca-Taliban dan terutama dalam keluarga konservatif dan tradisional, di mana perempuan dilarang bersekolah dan kadang-kadang mengalami kekerasan domestik.

Menteri Pendidikan Afganistan, Farooq Wardak, mengatakan pada Forum Pendidikan Dunia di London pada Januari 2011 bahwa Taliban sudah tidak menentang lagi pendidikan untuk anak perempuan. Namun kelompok tersebut tidak pernah mengonfirmasikan hal itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com