Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Annan: Suriah di Ujung Tanduk

Kompas.com - 30/05/2012, 11:05 WIB

DAMASKUS, KOMPAS.com — Utusan Liga Arab-PBB untuk masalah Suriah, Kofi Annan, mengatakan, negeri itu kini berada di ujung tanduk akibat konflik politik selama lebih dari satu tahun.

Annan mengeluarkan pernyataan ini setelah melakukan pembicaraan empat mata dengan Presiden Bashar al-Assad. Seusai pembicaraan itu, Annan mengatakan kepada wartawan, Suriah sejauh ini tidak mengimplementasikan enam poin rencana perdamaian usulan dunia internasional sebagaimana mestinya.

"Saya memohon kepadanya (Presiden Assad) untuk menghentikan pertumpahan darah sekarang juga—bukan esok, sekarang—demi menciptakan momentum untuk mengimplementasikan rencana damai," ujar Annan.

Annan juga menyerukan agar militer Suriah, milisi bersenjata dukungan pemerintah, dan kelompok oposisi sama-sama menahan diri demi terciptanya perdamaian.

Tetapi, Presiden Assad kembali menegaskan bahwa kesuksesan usulan perdamaian PBB-Liga Arab sangat tergantung keberhasilan memberantas apa yang disebutnya sebagai aksi teroris dan penyelundupan senjata.

Pengusiran diplomat

Seruan Assad ini menyusul pembantaian yang terjadi di kota Houla, Suriah, yang menewaskan hampir 100 orang, kebanyakan adalah anak-anak dan perempuan.

Akibat pembantaian brutal ini sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Spanyol, dan beberapa negara lain, memutuskan untuk mengusir para diplomat Suriah yang bertugas di negara-negara itu.

Negara-negara lain yang bereaksi terhadap Suriah adalah:

    * Kanada menyatakan, Pemerintah Suriah telah melakukan aksi pembunuhan keji di Houla.
    * Australia menggambarkan pembantaian Houla sebagai sebuah kejahatan brutal dan keji.
    * Spanyol menyatakan, Suriah melakukan tekanan yang tidak bisa diterima.
    * Belanda menyatakan, Dubes Suriah untuk Belanda dan Belgia yang berbasis di Brussels berstatus persona non grata.
    * Swiss juga menyatakan Dubes Suriah berstatus persona non grata.

Sementara itu, Pemerintah Inggris memberi waktu selama tujuh hari bagi kuasa usaha Suriah untuk meninggalkan London.

Kabar berbagai pengusiran para diplomat Suriah ini mendapat respons positif dari perwakilan oposisi Suriah, Ronya Kaysar, yang berbasis di Qatar. "Pengusiran ini akan menjadi tekanan besar bagi rezim Suriah," kata Kaysar kepada BBC News.

Meski demikian, koresponden diplomatik BBC Bridget Kendall mengatakan belum jelas benar apakah tekanan internasional dan pengusiran diplomat ini akan berpengaruh terhadap situasi di lapangan.

Rusia bela Suriah

Sementara itu, Rusia yang memasok persenjataan untuk Pemerintah Suriah dan menggagalkan terbitnya resolusi PBB untuk Damaskus menuding kedua belah pihak memiliki andil dalam pembantaian di Houla, Jumat (25/5/2012) lalu. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan keprihatinannya bahwa "beberapa negara" mulai menggunakan isu pembantaian Houla, sebagai "pembenaran" untuk menerapkan aksi militer terhadap Suriah.

Berbicara kepada Kofi Annan lewat sambungan telepon, Lavrov menekankan, Rusia menentang kekerasan yang dilakukan kedua pihak. "Rusia juga menyerukan penyelidikan independen kasus pembantaian Houla di bawah perlindungan misi pengamat PBB di Suriah," kata Lavrov.

Namun, kekhawatiran Rusia akan adanya serangan militer ke Suriah dibantah Amerika Serikat dan Perancis. Juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan, pemerintahan Presiden Obama tetap menentang dilakukannya aksi militer terhadap Suriah karena menilai operasi militer justru akan membawa lebih banyak kekacauan.

Sementara di Paris, Presiden Francois Hollande mengatakan, belum adanya opsi serangan militer bukan berarti opsi tersebut dikesampingkan sama sekali. "Untuk melaksanakannya harus mengikuti pertimbangan Dewan Keamanan PBB," lanjut Hollande.

Hollande menambahkan, dia akan mendiskusikan masalah Suriah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan berkunjung ke Paris akhir pekan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com