Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Bersejarah Suu Kyi

Kompas.com - 30/05/2012, 02:34 WIB

YANGON, SELASA - Setelah hampir seperempat abad ”terbelenggu” di tanah kelahirannya sendiri, pejuang demokrasi kharismatik Myanmar, Aung San Suu Kyi, kembali bisa bepergian ke luar negeri. Pada Selasa (29/5), Suu Kyi mengawali lawatan bersejarahnya di negara tetangga, Thailand.

Di Bangkok, Thailand, Suu Kyi dijadwalkan menghadiri dan berbicara dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia tentang Asia Timur. Sehari setelah tiba, dia juga berencana menemui komunitas masyarakat Myanmar yang tinggal di Thailand, di Provinsi Samut Sakhon, selatan Bangkok. Kebanyakan dari mereka menjadi pekerja migran.

Selain itu, Suu Kyi, yang menghabiskan 15 tahun waktunya sebagai tahanan politik di rumahnya, akan bertemu Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra, walau belum dipastikan waktu dan harinya.

Yakin

”Sekarang dia (Suu Kyi) sudah sangat yakin dengan posisinya dan juga proses reformasi politik serta rekonsiliasi yang tengah berjalan di Myanmar,” ujar Pavin Chachavalpongpun dari Pusat Studi Asia di Universitas Kyoto, Jepang.

Pavin menambahkan, lawatan Suu Kyi seolah menunjukkan keinginannya untuk menyampaikan pesan kepada dunia kalau negerinya juga telah berubah. Suu Kyi seolah ingin menyatakan, di Myanmar saat ini tengah berlangsung proses pembangunan yang prodemokrasi.

”Selain pesan itu, dia juga sekaligus mengingatkan Pemerintah Myanmar kalau segala bentuk perubahan yang terjadi sekarang, dan berdampak mendatangkan berbagai komitmen internasional ke sana, adalah proses yang sama sekali tak bisa lagi diubah,” tambah Pavin.

Myanmar memang semakin membuka diri. Hal ini coba dibuktikan dengan berbagai bentuk kebijakan dan langkah maju yang dicapai, setidaknya dalam dua tahun terakhir oleh pemerintahan sipil di bawah kepemimpinan Presiden Thein Sein.

Pada 1 April lalu, Suu Kyi dan partai politik pengusungnya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), menang telak dalam pemilihan umum sela, yang dinilai banyak pihak berlangsung terbuka dan adil. Hasil pemilu sela itu membawa Suu Kyi dan ke-42 anggota NLD masuk ke dalam parlemen menjadi anggota legislatif.

Khawatir

Sejak kembali ke Myanmar tahun 1988, untuk merawat ibunya yang sakit keras, Suu Kyi tak lagi dapat bepergian ke luar negeri. Dia khawatir tidak diperbolehkan kembali ke Myanmar untuk meneruskan perjuangannya menegakkan demokrasi di sana.

Suu Kyi tak dapat hadir dalam upacara penyerahan penghargaan saat namanya diumumkan sebagai pemenang hadiah Nobel Perdamaian tahun 1991. Dia bahkan tak dapat menemani suaminya, Michael Aris, pada saat-saat terakhirnya. Aris, seorang dosen berkebangsaan Inggris, meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya.

Dalam lawatannya kali ini Suu Kyi juga dijadwalkan menemui para pengungsi Myanmar di Thailand, yang jumlah kasarnya mencapai 100.000 orang. Adapun pada hari Jumat, Suu Kyi dijadwalkan berbicara dalam diskusi terbuka, bersama pendiri Forum Ekonomi Dunia (WEF) Klaus Schwab, dengan isu ”Peran Perempuan Asia”.

Setelah perjalanan historis ke Thailand, Suu Kyi kembali ke Myanmar sebelum melanjutkan perjalanannya ke luar negeri. Dia akan melawat ke Eropa untuk menghadiri pertemuan Organisasi Buruh Internasional (ILO) di Geneva, Swiss, pada 14 Juni, disusul ke Oslo, Norwegia, dua hari kemudian, untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaiannya.

Dia juga akan melawat ke Inggris pada 21 Juni untuk menengok kedua anaknya sekaligus juga untuk menerima gelar Doktor Kehormatan di bidang Hukum Sipil dari Universitas Oxford. Suu Kyi kuliah di universitas tersebut dan bertemu dengan mendiang suaminya di sana. Perjalanan ke sana diyakini akan penuh dengan suasana haru.

(AFP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com