Di Bangkok, Thailand, Suu Kyi dijadwalkan menghadiri dan berbicara dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia tentang Asia Timur. Sehari setelah tiba, dia juga berencana menemui komunitas masyarakat Myanmar yang tinggal di Thailand, di Provinsi Samut Sakhon, selatan Bangkok. Kebanyakan dari mereka menjadi pekerja migran.
Selain itu, Suu Kyi, yang menghabiskan 15 tahun waktunya sebagai tahanan politik di rumahnya, akan bertemu Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra, walau belum dipastikan waktu dan harinya.
”Sekarang dia (Suu Kyi) sudah sangat yakin dengan posisinya dan juga proses reformasi politik serta rekonsiliasi yang tengah berjalan di Myanmar,” ujar Pavin Chachavalpongpun dari Pusat Studi Asia di Universitas Kyoto, Jepang.
Pavin menambahkan, lawatan Suu Kyi seolah menunjukkan keinginannya untuk menyampaikan pesan kepada dunia kalau negerinya juga telah berubah. Suu Kyi seolah ingin menyatakan, di Myanmar saat ini tengah berlangsung proses pembangunan yang prodemokrasi.
”Selain pesan itu, dia juga sekaligus mengingatkan Pemerintah Myanmar kalau segala bentuk perubahan yang terjadi sekarang, dan berdampak mendatangkan berbagai komitmen internasional ke sana, adalah proses yang sama sekali tak bisa lagi diubah,” tambah Pavin.
Myanmar memang semakin membuka diri. Hal ini coba dibuktikan dengan berbagai bentuk kebijakan dan langkah maju yang dicapai, setidaknya dalam dua tahun terakhir oleh pemerintahan sipil di bawah kepemimpinan Presiden Thein Sein.
Pada 1 April lalu, Suu Kyi dan partai politik pengusungnya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), menang telak dalam pemilihan umum sela, yang dinilai banyak pihak berlangsung terbuka dan adil. Hasil pemilu sela itu membawa Suu Kyi dan ke-42 anggota NLD masuk ke dalam parlemen menjadi anggota legislatif.