Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Mengecam Suriah

Kompas.com - 28/05/2012, 02:11 WIB

KUWAIT CITY, MINGGU - Pembantaian lebih dari 90 warga sipil di kota Houla, Suriah, memicu kecaman dari berbagai kalangan di dunia. Negara-negara Barat dan Arab bersatu dalam menuntut pertanggungjawaban rezim Presiden Bashar al-Assad atas tragedi tersebut.

Kuwait, yang menjabat sebagai Presiden Liga Arab, menyerukan sidang darurat organisasi negara-negara Arab tersebut untuk menyikapi insiden pembantaian di Houla. ”Kuwait akan mengontak para anggota Liga Arab untuk menggelar rapat darurat tingkat menteri guna mempelajari situasi dan mengambil langkah-langkah penghentian aksi penindasan terhadap rakyat Suriah,” ungkap pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Kuwait, Minggu (27/5).

Meski belum jelas siapa pelaku pembantaian di Houla tersebut, Kuwait mengecam ”kejahatan brutal” pasukan Suriah yang terjadi di Houla. ”Kuwait juga telah melakukan kontak di tingkat regional dan internasional untuk mendesak komunitas internasional melanjutkan tanggung jawab bersama menghentikan pertumpahan darah di Suriah,” ungkap pernyataan tersebut.

Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahayan mengatakan, pembantaian tersebut membuktikan kegagalan upaya dunia internasional dan dunia Arab untuk menghentikan kekerasan terhadap warga sipil di Suriah.

Tragedi di Houla itu terjadi hari Jumat sore pekan lalu. Tim penyelidik PBB yang dikirim ke kota tersebut, Sabtu, menyatakan, sedikitnya 92 warga sipil tewas. Dari jumlah tersebut, 32 korban adalah anak-anak berusia di bawah 10 tahun.

Ketua tim pengamat PBB di Suriah, Mayor Jenderal Robert Mood, menyatakan, pihaknya menemukan bukti-bukti penggunaan senjata ringan, senapan mesin, meriam artileri, dan tank dalam pembantaian di Houla.

”Siapa pun yang memulai atau merespons insiden ini, siapa pun yang melakukan perbuatan tercela ini, harus dimintai pertanggungjawaban,” ujar Mood tanpa menyebut pelaku pembantaian tersebut.

Negara-negara Barat dengan cepat menuntut pertanggungjawaban rezim Bashar al-Assad terhadap insiden itu. Menlu AS Hillary Clinton menyatakan, kekuasaan Assad yang dibangun di atas pembunuhan dan rasa takut harus segera diakhiri.

Menlu Inggris William Hague menyerukan rapat darurat Dewan Keamanan PBB segera digelar. Menurut Hague, DK PBB perlu bergerak cepat untuk segera mengidentifikasi dan menyeret penanggungjawab pembantaian di Houla.

Hague, yang berkunjung ke Moskwa, Minggu, juga mengatakan akan mendesak Pemerintah Rusia untuk turut menekan rezim Assad. Rusia adalah sekutu lama Suriah, dan bersama China telah dua kali memveto rancangan resolusi DK PBB yang mengecam kekerasan di Suriah sejak tahun lalu.

Di tengah tekanan dan kecaman dunia tersebut, Pemerintah Suriah membantah melakukan pembantaian di Houla.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Suriah, Jihad al-Makdissi, mengatakan, pelaku pembantaian tersebut adalah kelompok ”teroris”. ”Ada serangan teroris (di Houla pada hari Jumat) pukul 14.00-23.00. Tak satu pun tank tentara Suriah masuk (ke Houla),” ujar Makdissi dalam konferensi pers, Minggu.

Kegagalan PBB

Sementara itu, pasukan pemberontak Tentara Pembebasan Suriah (FSA) menyatakan tak lagi terikat dengan perjanjian gencatan senjata yang difasilitasi PBB apabila DK PBB tak bisa menjamin keselamatan warga sipil di Suriah.

FSA menyatakan, kekerasan di Suriah terjadi di depan mata para pengamat PBB. FSA menyerukan semua pihak agar menyatakan misi perdamaian tim Kofi Annan, yang menjadi utusan khusus PBB dan Liga Arab di Suriah, telah gagal.

Rencana perdamaian Annan secara resmi diterapkan sejak 12 April. Namun, gelombang kekerasan berdarah di Suriah tak pernah berhenti meski sekitar 260 pengamat PBB telah dikirim ke negara itu.

Para aktivis antirezim mengeluhkan tidak adanya tindakan nyata dari para pengamat PBB waktu mereka meminta bantuan saat pembantaian tengah terjadi. ”Kami memberi tahu mereka malam itu, kami menelepon tujuh pengamat berbeda. Kami bilang pembantaian sedang terjadi di Houla saat ini oleh tentara bayaran rezim, tetapi mereka menolak datang dan menghentikan pembantaian ini,” tutur Abu Emad, salah satu aktivis di Houla.

Menurut para aktivis itu, tentara Suriah mulai membombardir Houla dengan tembakan artileri setelah warga setempat menggelar demonstrasi. Sebagian warga tewas dalam serangan artileri itu, sementara sebagian lagi tewas dieksekusi milisi prorezim, yang disebut ”shabiha”.

(AFP/BBC/AP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com